Monday, September 3, 2018

Sistem Transportasi (5) : Golongan darah Rhesus

Artikel sebelumnya:
Seperti juga golongan darah berdasarkan sistem ABO, golongan darah Rhesus juga didasarkan pada jenis aglutinogen pada eritrosit dan aglutinin pada plasma darah.
Golongan darah Rhesus ini juga ditemukan oleh Landsteiner. Penamaan golongan Rhesus ini diambil dari nama kera yang diteliti Landsteiner, namanya Macacus rhesus. Pada kera ini didapati antigen dan antibodi yang sama dengan manusia.
 
Sang monyet : Macacus rhesus.
Ada dua jenis golongan Rhesus, yaitu Rhesus (+) dan Rhesus (-). Orang bergolongan Rhesus + memiliki antigen Rhesus (antigen Rh) pada eritrositnya dan tidak memiliki antibodi. Golongan Rhesus – memiliki antibodi Rhesus (anti Rh) pada plasma darahnya dan tidak memiliki antigen. Lihat tabel berikut:

Golongan
Rhesus +
Rhesus –
antigen
antigen Rhesus
antibodi
anti Rhesus
Orang bergolongan Rhesus – bisa menjadi donor terhadap golongan Rhesus – maupun Rhesus + (dalam kondisi darurat). Tetapi orang Rhesus + hanya diperbolehkan mendonorkan darahnya kepada Rhesus + saja, dan tidak boleh ke Rhesus –. Alasannya sama seperti golongan darah ABO, yaitu karena Rhesus + sebagai donor memiliki antigen (antigen Rhesus) dan Rhesus -  sebagai resipien memiliki antibodi (anti Rhesus). Inkompatibilitas ini akan menyebabkan penggumpalan (aglutinasi) antigen Rhesus oleh anti Rhesus, dan bisa menyebabkan kematian sang resipien.
Nilai medis lain dari golongan Rhesus ini terutama dalam masalah perkawinan. Jika seorang pria Rhesus + menikah dengan wanita Rhesus –, maka anaknya berpeluang mengalami eritroblastosis fetalis (penyakit kuning pada bayi). Kasus ini hanya terjadi pada tipe perkawinan pria Rhesus + dengan wanita Rhesus –.
Jika ibu Rhesus – mengandung anak pertama Rhesus +, maka sang ibu akan membentuk anti Rhesus (antibodi). Jika kehamilan kedua sang anak bergolongan Rhesus + maka anti Rhesus ibu akan menyerang dan menyebabkan kerusakan eritrosit bayi yang dikandungnya.
Karena banyak eritrosit yang rusak, darah bayi lebih banyak mengandung eritroblas (eritrosit yang masih muda dan berinti). Sementara itu kerusakan eritrosit yang cukup tinggi mengakibatkan meningkatnya urobilin, yaitu pigmen kuning yang memberi warna pada urine. Inilah yang menyebabkan bayi tampak berwarna kuning.
Pada kasus tertentu pertolongan pada bayi dapat dilakukan dengan fototherapi yaitu penyinaran dengan cahaya ultraviolet, transfusi post natal (setelah lahir), atau transfusi pre natal (sebelum lahir) dengan menyuntikkan darah langsung ke umbilikal (tali pusar).
Berdasarkan pembagian ras manusia, ternyata rhesus negatif lebih banyak dijumpai pada orang:
  • Eropa (bule) sekitar 15% Rh – dan 88% Rh +
  • Negro : 7-8% Rh – dan 90 – 93% Rh +
  • Asia : 99% rhesus +  dan Rh – < 1%
Mungkin inilah yang menyebabkan cukup tingginya prevalensi eritroblastosis fetalis jika terjadi pernikahan pria Asia dengan wanita bule.

No comments:

Post a Comment