Tuesday, September 18, 2018

DNA Finger print :akan kah menguak bukti tersembunyi



DNA adalah  singkatan dari Deoxyribo Nucleic Acid. Bila diterjemahkan “deoxyribosa” berarti gula pentosa, “nucleic” berasal dari kata nucleus yang berarti inti, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan nukleat. Hal ini karena zat tersebut berada dalam sel nucleus maka kemudian diubah menjadi asam nukleat dan “acid” yang berarti asam. DNA adalah suatu substansi nucleus genetika dari tubuh manusia yang didapati hampir di seluruh sel tubuh manusia tersebut, yang dibawa lahir oleh manusia dan tidak pernah  berubah, yang diambil dari bagian-bagian tubuh manusia, seperti air liur, darah, semen (sperma), sel kulit, rambut, urine, keringat, dan lain-lain (Pertiwi dan Paramita, 2012).
Apa itu DNA Fingerprinting???
Sidik Jari DNA atau DNA fingerprinting adalah suatu metode untuk mengidentifikasi kekhasan pola DNA setiap individu. DNAfingerprint adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang berdasarkan pada profil DNA nya. DNA fingerprint yang merupakan gambaran pola potongan DNA dari setiap individu karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint yang berbeda, maka dalam kasus forensik info ini bisa digunakan sebagai bukti kuat kejahatan di sidang pengadilan. DNA fingerprint adalah salah satu teknik biologi molekuler penanda genetik yang dipakai untuk  pengujian terhadap materi profil DNA, yaitu sehimpunan data yang menggambarkan susunan DNA yang dianggap khas untuk individu yang menjadi sampelnya (Rizal, 2005).
Gambar 1. DNA fingerprint
Analisa yang dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen DNA yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode batang (bar code) Saat membandingkan hasil analisa dua sampel, pola batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.
Adapun jenis-jenis analisa DNA menurut Putra (2007), yang dapat dilakukan pada tes DNA fingerprint dalam bidang forensik adalah sebagai berikut:

1.    Restriction Fragment Length Polymorphism(RFLP)

Pada prinsipnya, RFLP merupakan semua mutasi yang menghilangkan atau menciptakan sekuen rekognisi baru bagi enzim restriksi. Penyisipan (inersi), penghilangan (delesi), maupun subtitusi nukleotida yang terjadi pada daerahrekognisi suatu enzim restriksi menyebabkan tidak lagi dikenalinya situspemotongan enzim restriksi dan terjadinya perbedaan pola pemotogan DNA. Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik adalah RFLP. Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number of Tandem Repeat(VNTR). Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan suatu enzim restriksi yang mampu mengenal urutan basa tertentu dan memotong DNA (biasanya 4-6 urutan basa). Enzim restriksi ini dihasilkan oleh bakteri dan dinamakan menurut spesies bakteri yang menghasilkannya. Enzim yang berbeda memiliki recognition sequence yang berbeda sehingga panjang segmen tersebut bervariasi pada tiap orang, hal ini disebabkankarena titik potong enzim yang berbeda dan panjang segmen antara titik potong juga berbeda.
Analisa yang dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen DNA yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode batang (bar code) Saat membandingkan hasil analisa dua sampel, pola batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.
Gambar 3Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Proses pada teknik RFLP diawali dengan proses pemotongan dengan menggunakan enzim restriksi tertentu menjadi segmen-segmen yang berbeda. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini dinamakan electroforensis dan prinsip pada proses in adalah potongan DNA yang lebih pendek bergerak lebih cepat daripada yang lebih panjang.
Kemudian dengan menggunakan fragmen pendek DNA (DNA probe) yang mengandung petanda radioaktif maka akan dideteksi DNA yang berasal dari lokasi pada genome yang memiliki ciri yang jelas dan sangat polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan berikatan dengan potongan DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai ganda pada bahan nilon. DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci. Membran nilon yang berisi potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA probe selanjutnya ditransfer pada selembar film X-ray. Pada proses ini akan tampak hasil berupa kode batang yang disebut autorad. Pola inilah yang dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal dari sumber yang sama.

2.      Polymerase Chain Reaction (PCR)

Metode PCR adalah suatu metode untuk memperbanyak DNA template tertentu dengan enzim polymerase DNA.
Gambar 4Polymerase Chain Reaction (PCR)
Reaksi teknik ini didesain seperti meniru penggandaan atau replikasi DNA yang terjadi dalam makhluk hidup, hanya pada segmen tertentu dengan bantuan enzim DNA polymerase sebanyak 20 hingga 40 siklus (umumnya 30 siklus), dengan tingkat akurasi yang tinggi.Proses yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di laboratorium yaitu:

a)    Denaturation

Denaturation yaitu dengan memanaskan segmen atau urutan DNA rantai ganda pada suhu 96º, sehingga DNA rantai ganda akan memisah menjadi rantai tunggal.

b)      Annealing atau Hybridization

Pada proses ini setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya dengan DNA primer. Tahap ini dilakukan dengan menurunkan suhu hingga ke kisaran 40-60ºC selama 20-40 detik.

c)    Extension atau Elongasi

Pada tahap ini, DNA polymerase ditambahkan dan dilakukan peningkatan suhu kisaran suhu kerja optimum enzim DNA polymerase, yaitu suhu 70-72ºC. Kemudian, DNA polymerase akan memasangkan dNTP yang sesuai dengan pasangannya, dilanjutkan dengan proses replikasi. Enzim akan memperpanjang rantai baru ini hingga ke ujung dan lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang daerah yang akan diamplifikasi.

3.      Short Tandem Repeats (STRs)

STRs (Short Tandem Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2-5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan diskriminasi yang tinggi. Metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak atau dibawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200 - 500 pasangan basa.

Gambar 5.  Short Tandem Repeats
Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.
DNA fingerprint banyak digunakan dalam berbagai bidang ilmu baik untuk kesehatan manusia, penelitian biologi, dunia medis dan untuk pembuktian peristiwa kriminal/ forensik, selain itu menurut Putra (2007), terdapat beberapa penggunaan DNA fingerprint pada bidang lain, diantaranya

1.    Mendiagnosis kelainan keturunan

2.    Pengembangan penelitian mengenai kelainan genetik

3.  Bukti biologik


         Metode Pemeriksaan DNA Fingerprint Pada Berbagai Kasus
a.      Penentuan perwalian anak atau penentuan orang tua dari anak (Tes Paternitas)

Tes paternitas adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Metode tes paternitas terbagi atas metode analisis DNA dan metode konvensional. Tes paternitas dengan menggunakan analisis DNA merupakan analisis informasi genetik yang sangat spesifik dalam membedakan ciri setiap individu, sehingga dapat memastikan (hampir 100%) bahwa sesorang adalah ayah biologis si anak atau bukan.

b.      Urusan Imigrasi dan Kewarganegaraan

Orang Indonesia yang menikah dengan warga Negara asing dan berniat memboyong anak mereka pindah ke luar negeri harus memperlengkapi diri dengan hasil tes DNA yang membuktikan bahwa benar anak tersebut merupakan anak biologis mereka. Tujuannya untuk menghindari praktik perdagangan anak atau masuknya anak dengan cara ilegal.

c.       Solusi kasus bayi tertukar

Kasus bayi tertukar kebanyakan disebabkan kelalaian atau kecerobohan para penyedia jasa kesehatan. Misalnya, bayi yang baru lahir di rumah bersalin/rumah sakit tidak langsung diberi penanda identitas, bisa juga penanda ini mudah lepas, tintanya mudah terhapus dan lain-lain. Kecurigaan orangtua dibuktikan dengan tes DNA untuk memastikan identitas bayi yang sebenarnya.

d.      Peristiwa Bom Bali

Peristiwa pengeboman di bali yang menewaskan banyak orang dari berbagai negara dengan keadaan korban yang tidak bisa dikenali lagi menjadikan DNA Fingerprint sebagai salah satu cara yang tepat untuk mengidentifikasi para korban. Identifikasi dapat dilakukan dengan tes DNA yang membutuhkan sampel seperti rambut, darah, daging, tulang, mukosa rongga mulut dan kuku, yang kemudian akan di cocokkan dengan anggota keluarga korban. Dengan syarat inti sel pada sampel yang digunakan masih dalam keadaan baik (tidak rusak).

e.       Pembunuhan

Penggunaan teknik sidik jari dalam menyelesaikan kasus kriminal yang menyangkut pembunuhan dan pemerkosaan seorang gadis sekolah dilakukan oleh sir Alex Jefferies dan rekan kerjanya yaitu Dr. Peter Gill dan Dr. Dave warret di Inggris. Mereka melakukan penyelidikan dengan memeriksa bukti berupa noda yang sudah mengering. Yang terpenting yang dilakukan oleh Dr. Gill adalah mengembangkan penyelidikan dengan metode memeriksa sebaran sperma di sekitar sel vagina.





f.  Pemerkosaan
Pembuktian dengan menggunakan DNA pertama kali digunakan di Amerika Serikat dan bisa memberikan penjelasan ilmiah terhadap ribuan kasus kriminal. Pentingnya penggunaan bukti DNA lebih berguna ketika digunakan untuk menunjukkan kesalahan pernyataan saksi mata. Pernyataan saksi yang mungkin terlihat sebagai bukti standar pada umumnya dapat keliru. Pada tahun 1988 Victor Lopez, dituduh melakukan penyerangan seksual terhadap tiga orang wanita. Ketiga wanita itu melapor kepada polisi bahwa mereka diserang oleh lelaki berkulit hitam. Pada kenyataannya Victor Lopez tidak berkulit hitam, kejadian ini diangkat sebagai kasus yang tidak jelas. Darah Victor dianalisis dan dibandingkan dengan sperma yang tertinggal di tempat kejadian, ternyata DNA itu cocok. Akhirnya Lopez dinyatakan bersalah atas kasus tersebut
\
g.Mengembangkan pola penyembuhan untuk penyakit bawaan
Program penelitian untuk mencari kelainan bawaan pada kromosom tergantung pada informasi yang terkandung dalam DNA Fingerprint. Dengan memelajari DNA Fingerprint dari keluarga yang memiliki riwayat dari beberapa gangguan tertentu atau dengan membandingkan kelompok besar orang tanpa gangguan tersebut, dapat diidentifikasi pola DNA yang berkaitan dengan penyakit yang bersangkutan, sehingga dapat dirancang obat untuk gangguan tsb.
 
h.Konservasi biologi dan studi evolusi
   
 
Penelitian untuk mengidentifikasi populasi Phytophtora Infestan - mempelajari salah satu penanda genetik yaitu nuclear DNA fingerprint dan mitochondrial DNA fingerprint menggunakan teknik RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism)
i.Tes keluarga

    DNA fingerprinting tidak hanya digunakan untuk penanganan kasus kejahatan. Karena DNA dipunyai dari anggota keluarga yang sama, suatu hubungan dapat dibedakan dengan membandingkan dua sampel individu. 

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Sinly Evan. 2007. DNA fingerprint, Metode Analisis Kejahatan pada Forensik. Yogyakarta: UGM Press.

Rizal M, Wahyu. 2005. Tes DNA: Mengendus Jejak Kejahatan.Lampung: Majalah Natur.



sumber

No comments:

Post a Comment