Tuesday, September 18, 2018

Blue Rose


Mawar termasuk ke dalam genus Rosa. Mawar diduga sebagai tanaman dekoratif dan hias tertua di dunia. Mawar juga dikenal sebagai ratu dari semua bunga. Genus Rosa memiliki sedikitnya 150 spesies dan ribuan varietas mawar yang telah dihasilkan hingga saat ini. Mawar pada umumnya digolongkan terutama ke dalam dua golongan yakni Hybrid Tea dan Floribunda. Mawar Hybrid Tea bunganya indah menarik dengan aneka ragam bentuk dan warnanya di samping aromanya yang khas sebagai bahan industri farmasi atau kosmetik. Mawar ini disebut Hybrid Tea karena aroma mahkotanya yang sedikit beraroma teh. Mawar tipe ini memiliki mahkota kelipatan 5 atau 10, daun bunganya lebar dan mengkilap, diameter bunga besar ± 10 cm, tinggi tanaman mencapai 2 m dengan batang berduri, besar dan jarang, dan memiliki percabangan yang sedikit. Mawar Floribunda dikenal sebelumnya dengan Hybrid Polyantha atau Poulsen’s roses. Mawar tipe ini bunganya kecil-kecil dan lebih cocok untuk dijadikan tanaman semak atau dalam pot (Sjaifullah dkk., 1995).
Berdasarkan tipe pertumbuhan tanamannya (habitus), mawar juga dapat digolongkan menjadi lima yaitu mawar semak, mawar pohon atau standar, mawar miniatur, mawar rambat atau panjat, dan mawar bedengan. Mawar semak (Bush roses) yaitu mawar yang paling banyak dikenal dan banyak ditanam dalam pot. Mawar pohon atau standar adalah mawar yang berukuran besar dan tingginya dapat mencapai 2 meter, dan batang-batangnya kokoh dan keras. Mawar miniatur adalah mawar yang berukuran kecil. Tingginya tidak lebih dari 15 cm dan biasanya dirambatkan di pergola, pagar, jendela, atau dinding luar rumah. Mawar bedengan adalah mawar yang biasanya digunakan sebagai tanaman pembatas atau border dalam taman. Mawar tipe ini tumbuh sangat kompak dan padat tetapi tidak terlalu tinggi sehingga sangat sesuai untuk digunakan sebagai pembatas.
Berdasarkan Sjaifullah et al (1995) mawar dapat diperbanyak dengan benih atau cara vegetatif seperti stek, grafting (sambung), budding (penempelan mata tunas) atau layering(cangkok). Bunga mawar dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi. Tetapi untuk mawar tertentu seperti mawar Hybrid Tea hanya menyukai dataran tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan kebutuhan suhu yang diperlukan oleh tanaman mawar. Suhu optimum pertumbuhan mawar siang hari yakni 18-24º C, sementara suhu optimum malam hari berkisar antara 16-18ºC. Untuk kebutuhan iklim lainnya, mawar tidak terlalu membutuhkan syarat khusus. Mawar menyukai cahaya penuh sepanjang tahun. Media tumbuh sebaiknya tanah yang gembur dan kaya akan kadar humus, sebab tanah yang demikian daya tahannya terhadap air relatif baik. Tanaman mawar tidak menyukai air yang tergenang. Mawar tumbuh dengan baik pada tanah yang derajat keasaman pH-nya antara 6-8. Tanaman mawar juga tidak menyukai sistem campuran atau multicrop dengan tanaman lain. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, mawar memerlukan pupuk NPK seimbang 12-12-12 atau 14-14-14 sebanyak 200 kg/hektar.
Panen merupakan fase yang penting dalam produksi bunga potong mawar. Pada umumnya bunga mawar dipanen secara manual dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam dan bersih. Penggunaan pisau yang tumpul memungkinkan luka pada dasar tangkai bunga lebih mudah terinfeksi. Setelah bunga mawar dipetik, tangkai bunga mawar segera direndam dalam air. Kualitas air perlu diperhatikan terutama pH-nya, dan juga adanya garam dan jasad renik. Kadar garam air sangat mempengaruhi kualitas dan umur kesegaran bunga. Bunga mawar tergolong peka terhadap garam, kadar garam sebesar 200 ppm dapat memperpendek umur kesegaran bunga mawar dan merusak daun serta tangkai bunga (Nowak and Rudnicki, 1990). Air dengan pH rendah (3-4) lebih baik dibandingkan pH tinggi. Pada pH rendah, pertumbuhan mikroba dapat ditekan dan penyerapan air menjadi lebih mudah.
Usia pemanenan juga cukup mempengaruhi kualitas bunga potong mawar yang dihasilkan. Jika bunga dipanen pada stadia mekar penuh, kesegarannya tidak dapat bertahan lama dan cepat layu. Bila bunga dipetik terlalu awal dapat menyebabkan pembengkakan pada tangkai kuntum bunga (bent neck) dan kuncup bunganya akan gagal mekar.
Ada dua hal yang menentukan ketahanan simpan bunga potong yaitu sifat genetik dan kondisi eksternal selama penyimpaan seperti suhu, kelembaban, cahaya, komposisi udara dan sirkulasi udara di dalam ruang penyimpanan. Suhu rendah sangat berperan dalam penyimpanan karena dapat menekan kehilangan air, mempertahankan kualitas bunga, menghambat infeksi bakteri dan cendawan, serta menghambat poses penuaan (senescence), sehingga pada akhirnya akan memperpanjang ketahanan simpan bunga mawar. Bakteri, cendawan dan kapang dapat menyumbat pembuluh sehingga penyerapan air ke atas terhalang. Jika keadaan lingkungan sesuai dengan kebutuhannya, maka jasad renik akan berkembang biak dengan cepat, dan akan menutupi seluruh penampang ujung tangkai bunga. Jasad renik tidak hanya menyebabkan penyumbatan pembuluh, tetapi juga memproduksi etilen dan racun yang mendorong penuaan bunga. Bakteri yang terdapat di jaringan bunga akan menambah kepekaan bunga terhadap suhu rendah. Untuk mengendalikan jasad renik digunakan bermacam-macam germisida. Juga dapat dilakukan pra perlakuan dengan merendam ujung tangkai dalam larutan Chrysal RVB yang mengandung fungisida, bakterisida dan penghambat enzim.
Kesulitan pada penyimpanan dengan suhu rendah dengan kelembaban tinggi adalah jika terjadi fluktuasi suhu maka akan terjadi pengembunan. Pada kondisi tersebut kemungkinan tumbuh dan berkembang biak cendawan Botrytis. Cendawan ini mula-mula berupa noda kecil yang terus berkembang sampai akhirnya terbentuk Gray Moldpada tangkai, daun dan bunga. Botrytismenyebabkan petal bunga mawar menjadi coklat dan gugur (Harkema, 1988). Bunga mawar yang dipetik pada stadia kuncup, sebelum dijual tangkai bunga harus direndam dalam larutan Bud Opening. Larutan ini mengandung gula dan germisida (Sjaifullah et al, 1995).
Pada percobaan pewarnaan menggunakan bunga potong mawar. Sebagian besar bunga mawar mengalami bent neck. Bent neck atau rebah pangkal bunga adalah rebahnya bagian pangkal mahkota bunga yang disebabkan oleh beragam faktor, salah satunya adalah penyumbatan pembuluh angkut sehingga bunga tidak memperoleh suplai nutrisi. Tidak diketahui penyebab pasti dari bent neck yang dialami mawar potong pada perlakuan pewarnaan. Peristiwa bent neckdapat disebabkan oleh tersumbatnya jaringan pembuluh oleh lendir bakteri maupun oleh gelembung udara (embolisme) (Sjaifullah, 1995).
Pewarnaan bunga dengan sistem perendaman tangkai pada larutan pewarna memanfaatkan sistem transportasi pada jaringan tanaman. Larutan pewarna yang berkurang bersama nutrisi yang diperlukan oleh bunga potong. Oleh karena itu warna yang diserap akan memenuhi seluruh pembuluh dan jaringan bunga. Berbeda dengan pewarnaan sistem pencelupan mahkota yang memperoleh hasil warna lebih tegas dan merata, pewarnaan dengan perendaman tangkai cenderung menghasilkan warna yang menyebar dan membentuk guratan halus sesuai dengan alur pembuluh dalam jaringan mahkota bunga. Pewarnaan dengan perendaman pada tangkai bunga mengakibatkan warna tidak hanya terlihat pada mahkota, tetapi juga memberikan efek warna biru pada tangkai, daun dan kelopak bunga (Sari, 2008).
Untuk menentukan tipe warna yang dihasilkan oleh masing-masing pewarna makanan pada lama perendaman yang berbeda, maka digunakan RHSMCC (Royal Horticulture Society – Mini Colour Chart). Pada bunga yang berbeda, pewarna yang sama dengan lama perendaman yang sama dapat menghasilkan warna biru yang berbeda. Warna asli bunga yang dipilih berwarna putih untuk memudahkan dalam melihat perbedaan setelah pewarnaan (Sari, 2008).
Semakin lama bunga mengalami perendaman, maka warna yang dihasilkan akan semakin gelap atau tua. Pada pengukuran warna menggunakan RHS-MCC, nilai warna petal gerbera menunjukkan pada perendaman 4-6 jam dihasilkan warna yang lebih gelap (Dark Green Blue) yang lebih pekat daripada waktu perendaman yang 2 jam (Dark Green) (Sari, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Harkema, H. 1988. Extending The Vase Life of Cut Flowers Through Improved Handling. Essex: International Floriculture Seminar, Amsterdam, Pathfast Pub. 116-121.
Nowak, J and R. M. Rudnicki. 1990. Postharvest Handling and Storage of Cut Flowers. Florists Greens, and Potted Plants. Portland: Timber Press.
Sari, Indah Prasetya. 2008. Aplikasi Pewarnaan Biru Pada Bunga Potong Krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev), Gerbera (Gerbera jamesonii Bolus) Dan Mawar (Rosa hybrida L.). Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Sjaifullah, A. M. , T. Sutater dan S. Kusumo. 1995. Mawar. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Hias.

sumber

No comments:

Post a Comment