Friday, April 24, 2020

TEKNOLOGI SINGULARITAS

Kamis, 30 Mei 2013

TEKNOLOGI SINGULARITAS



Pernahkah anda menonton film Terminator atau Robo-cop si polisi setengah manusia dan setengah mesin? kedua film itu menceritakan bagaimana sebuah teknologi yang menggabungkan antara manusia dan mesin. Sepertinya dengan kemajuan teknologi revolusioner masa depan hal tersebut bukan lagi khayalan.
Penyatuan antara biologi manusia dengan teknologi itulah yang disebut dengan singularitas. Apabila komputer kuantum dan nanoteknologi terus menerus di kembangkan memungkinkan manusia untuk bisa memperkuat tubuhnya dan menambah kecerdasannya menjadi berkali-kali lipat. 

            Beberapa ahli yang meyakini bahwa suatu saat nanti mesin super yang memiliki kecerdasan melebihi manusia biasa itu akan benar-benar ada, mereka berpikir dengan semakin majunya teknologi dari tahun ke tahun bukan tidak mungkin hal ini menjadi kenyataan.

Beberapa ahli memprediksi bahwa singularitas atau saat kecerdasan buatan menyamai bahkan melebihi manusia bisa terjadi dalam 16 tahun kedepan. 

Ray Kurzweil, dalam bukunya "The Singularity is Near: When Humans Transcend Biology", memprediksi bahwa komputer akan secerdas manusia di sekitaran tahun 2029 dan pada tahun 2045, komputer dapat jutaan bahkan miliaran kali memiliki kecerdasan lebih dari kecerdasan manusia. "Perkiraan saya tidak berubah, tapi pandangan konsensus ilmuwan kecerdasan buatan telah berubah menjadi lebih dekat dengan pandangan saya," tulis Kurzweil

Bahkan Kurzweil memprediksikan pada tahun 2030 akan terjadi kemajuan pesat dibidang bioteknologi dan kedokteran yang akan mampu menghambat penuaan pada manusia bahkan membuka jembatan untuk manusia menuju ke sebuah keabadian.

Dengan adanya revolusi nanoteknologi dan revolusi bioteknologi akan bisa mengantarkan manusia menuju keabadian, demikian pendapat Kurzweil. Revolusi nanoteknologi yang mampu menciptakan nanorobot yang ukurannya bisa sekecil sel darah merah, yang dapat memperbaiki berbagai kerusakan tubuh. revolusi bioteknologi yang membawa manusia mengatasi keterbatasan tubuh biologisnya sehingga berbagai penyakit bisa diatasi, proses penuaan dapat dihambat, dan fungsi tubuh jadi lebih optimal. Jika kedua revolusi itu terjadi, dampaknya sangat besar pada kehidupan manusia. Dalam Singularity, Kurzweil bercerita, di masa depan ketika jantung manusia tak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya tugasnya akan digantikan oleh nanorobot yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

Bahkan Kurzweil percaya pada tahun 2050 kemajuan teknologi itu akan mengizinkan otak manusia untuk meninggalkan tubuhnya dan pindah ke tubuh robot. Di tubuh robot itu otak manusia akan difungsikan sebagaimana mestinya ketika masih berada ditubuh aslinya, bahkan bisa jadi ditubuh robot, otak manusia tidak akan sama sekali kehilangan fungsi seperti di tubuh aslinya, karena tubuh manusia mempunyai keterbatasan yang suatu saat pasti akan mati. Di situlah kemudian tercipta sebuah "keabadian". Dari itulah Kurzweil menganggap manusia akan mampu meraih keabadian dalam genggaman, menghindari sang malaikat maut, dan ketentuan sang pencipta dan juga Kurzweil menyatakan bahwa manusia bisa menjadi abadi dalam waktu 20 tahun melalui Nanoteknologi yang mampu menggantikan organ vital manusia

Mungkin kita berpikir apa yang di katakan Kurzweil hanyalah sebuah khayalan tingkat tinggi tapi apa yang ia ramalkan sejauh ini terbukti terjadi. Dalam bukunya, The Age of Intelligent Machines (ditulis pada 1988 dan diterbitkan 1990) Kurzweil meramalkan tentang sebuah jaringan komputer yang mendunia, setahun setelah bukunya diterbitkan ramalan itu benar-benar terjadi dengan mewabahnya internet pada tahun 1991. Buku itu juga meramalkan bahwa akan ada mesin yang mampu mengalahkan mengalahkan kemampuan berpikir manusia, dan benar saja pada tahun 1997, juara catur dunia saat itu kalah dengan mesin cerdas buatan IBM.

Menurut sebagian besar para ahli, teknologi memang bisa saja menghambat proses penuaan. Tetapi untuk hidup kekal abadi, sangatlah tak mungkin. "Setiap penyakit ada obatnya, kecuali soal penuaan," kata Dr. Troebos Poerwadi, ahli gerontologi di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo, Surabaya. Troebos mengatakan, meskipun teknologi makin maju, bukan berarti dapat menghentikan proses penuaan sama sekali.

Trans-humanisme merupakan keinginan orang Barat yang ingin hidup kekal. Tetapi buat apa abadi jika tak berguna". Beberapa negara belahan Timur justru punya warga yang lebih panjang umur dibandingkan dengan dunia Barat padahal, temuan teknologi revolusioner umumnya terjadi di dunia Barat. 

Ini terbukti berbagai survei internasional tentang angka harapan hidup Negara Jepang selalu tercatat menyimpan orang berusia tua lebih banyak dari negara lain. Data terakhir Kementerian Kesehatan Jepang menunjukkan, warga yang mendekati umur 100 tahun mencapai 25.600 orang. Jumlah ini bertambah sebesar 2.000 orang dari tahun sebelumnya. Angka rata-rata harapan hidup di "negeri sakura" itu memang tertinggi di dunia yaitu  81,6 tahun.
Beberapa dokter yang ahli di bidang kesehatan mengatakan bahwa untuk menghentikan proses penuaan bisa dilakukan secara terotitis, tetapi untuk prakteknya  sangat sulit dilakukan. Karena secara matematis bagian-bagian tubuh manusia itu kadang-kadang tak terhitungkan  seperti bagian system syaraf manusia itu sangat rumit karena berjuta-juta hingga milyaran sel yang terdapat pada manusia dan begitupun bagian tubuh lainnya. 

Jadi, dari pembahasan di atas tadi dapat kita simpulkan bahwa teknologi singularitas dapat bermanfaat bagi manusia yang menemukan bahkan menciptakan manusia setengah mesin yang berteknologi singluaritas, akan tetapi kita tak sependapat bahwa dengan teknologi singularitas ini dapat membuat manusia menjadi abadi (kekal) karena kita tak mungkin melawan kodrat kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan, bahwa mahluk hidup yang bernyawa cepat atau lambat dia akan menemui ajalnya masing-masing. Mungkin teknologi singularitas ini dapat memperlambat penuaan usia manusia akan tetapi untuk menuju yang namanya keabadian sangatlah tidak mungkin. 

Robot yang awalnya hanya digunakan untuk membantu pekerjaan manusia bisa jadi malah akan merepotkan manusia. Para peneliti harus benar-benar memikirkan kemungkinan terburuk dan perlu berhati-hati dalam mengembangkan teknologi robotika. Apalagi jika robot super cerdas yang dibuat, apa yang akan dilakukan peneliti, step by step harus benar-benar sempurna. Tidak bisa terbayangkan apa yang akan terjadi nantinya, apakah dominan memberi pengaruh baik atau tidak. 

Dan seandainya manusia setengah mesin dilibatkan dalam militer, itu akan sangat berbahaya. Karena programnya dikhususkan untuk militer, tindakan untuk menghancurkan sangat besar. Jika ada oknum-oknum yang memanfaatkan teknologi singularitas ini, untuk membuat manusia mesin setengah jadi yang terprogram untuk membunuh manusia itu yang akan terjadi adalah kehancuran. Badan yang kuat, kecerdasan yang melebihi manusia, bagamana cara menghentikannya ? jika suatu saat manusia setengah mesin itu ada, bisa saja akan terjadi perang luar biasa yang bisa mengubah peradaban yakni perang manusia dan robot setengah manusia. robot setengah manusia yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa bisa membuat robot yang menyerupai dirinya, dan karena robot tidak memiliki perasaan seperti manusia, tindakan yang menjurus untuk menghancurkan pasti ada.

kembali ke peneliti, para peneliti memang harus memperhitungkan mulai dari hal yang sangat kecil sampai yang sangat besar jika ingin mengembangkan teknologi singularitas agar kelak tekonologi ini bermanfaat bagi manusia bukannya membawa masalah dan petaka.




Sumber :
http://teknologi-vivanews.blogspot.com/2013/05/teknologi-terkini-futuris-2045-komputer.html
http://arsip.gatra.com//2005-11-29/versi_cetak.php?id=88667
http://techno.okezone.com/read/2010/05/09/56/330821/perang-robot-vs-manusia-bisa-terjadi-di-masa-depan
sumber

No comments:

Post a Comment