Friday, April 24, 2020

6 Fakta transhumanisme, robocop bisa saja jadi tetangga kita kelak


6 Fakta transhumanisme, robocop bisa saja jadi tetangga kita kela

Pernah nonton film Robocop? Ide cerita manusia setengah robot ini sebenarnya berangkat dari gerakan yang dikenal dengan sebutan transhumanisme.

Siapa tak kenal Robocop? Film ini pertama kali muncul pada 1987 dan langsung menuai apresiasi positif dari masyarakat. Robocop bercerita mengenai seorang polisi bernama Alexander Murphy (Alex) yang meninggal dalam tugas dan kemudian "dilahirkan kembali" oleh para ilmuwan. Kelahiran kembali polisi tersebut tidak terlepas dari adanya usaha ilmuwan untuk menyatukan tubuh sang polisi dengan kecanggihan teknologi robotik. Keberhasilan usaha ini ditandai dengan kekuatan super yang dimiliki Alex, yang tak mungkin dimiliki oleh manusia biasa tanpa bantuan teknologi.
Kisah Robocop di atas menggambarkan visi suatu gerakan yang kita kenal dengan sebutan transhumanisme. Transhumanisme merupakan gerakan yang percaya bahwa bentuk serta kemampuan manusia sekarang ini masih bisa dimaksimalkan melalui perkembangan teknologi. Berikut 6 fakta gerakan transhumanisme yang bikin kita "ngeh" bahwa suatu hari nanti, Robocop bisa jadi tetangga kita!
1. Transhumanisme dimulai jauh sebelum Robocop.
philosophytalk.org

Sebelum menjelma ke dalam berbagai macam bentuk penelitian, transhumanisme merupakan sebuah ide yang bahkan sudah ada pada 1906. Ide tentang kebangkitan dari kematian serta keabadian melalui teknologi tersebut menjadi roh utama dalam gerakan Kosmisme Rusia, salah satunya dalam pemikiran Nikolai Fyodorov.
Selanjutnya pada 1949, seorang pastor Katolik yang adalah filsuf sekaligus paleontologist dan geologist, Pierre Teilhard de Chardin, menulis tentang manusia yang dapat melampaui keterbatasan alamiah manusia itu sendiri.
0:00/0:00
Fyodorov dan Teilhard de Chardin hanyalah dua dari banyak pemikir yang sudah ikut memberikan sumbangsih terhadap semangat para ilmuwan untuk terus merealisasikan proyek transhumanisme.

2. Transhumanisme memiliki pengikut yang tak sembarangan, termasuk di dalamnya ilmuwan hebat dan para filsuf.
source: medium.com

Ternyata para pengikut transhumanisme banyak juga yang merupakan ilmuwan hebat. Para ilmuwan ini memiliki hasrat untuk memperbaiki kondisi manusia secara keseluruhan. Latar belakang mereka pun beraneka ragam; ada yang ahli saraf, ahli robotik, matematikawan, serta fisikawan yang ahli di bidangnya.
Selain para ilmuwan, pengikut transhumanisme juga banyak berasal dari para pemikir (para filsuf). Para pemikir ini lewat tulisan serta publikasinya aktif memperkenalkan ide transhumanisme. Sebagai contoh, Nick Bostrom, seorang filsuf asal Swedia yang berada di bawah bendera Universitas Oxford. Bostrom adalah penganut aliran transhumanisme yang saking percayanya pada masa depan transhumanisme, mendirikan asosiasi transhumanisme seluruh dunia bernama Humanity+. Asosiasi ini berhasil mengumpulkan para transhumanis seluruh dunia untuk saling berbagi dan bekerjasama demi terwujudnya mimpi besar transhumanisme.

3. Layaknya suatu gerakan, mereka ternyata memiliki deklarasinya sendiri loh.
humanityplus.org

Hadirnya asosiasi Humanity+ membuat para transhumanis mulai memikirkan suatu kesepakatan visi atau tujuan di antara mereka. Kesepakatan itu perlu dikristalkan ke dalam sebuah pernyataan bersama yang dikenal dengan Deklarasi Transhumanisme. Deklarasi ini memiliki beberapa versi, antara lain versi tahun 1998, 2009, dan alternatif deklarasi tahun 2013.
Meskipun memiliki beberapa perbedaan, masing-masing versi tetap berpegang pada satu kepercayaan pokok yakni "bahwa teknologi mampu menyempurnakan manusia dan teknologi tidak boleh disalah-gunakan karena dapat mengancam umat manusia".
Manusia sempurna ala kaum transhumanis dikenal dengan sebutan "manusia super". Layaknya gambaran superhero di berbagai film Hollywood, manusia super setidaknya memiliki 3 ciri, antara lain sangat cerdas, memiliki kemampuan tubuh yang jauh lebih sempurna, serta tidak dapat mati. Ada yang mau hidup 1000 tahun lagi?

4. Sudah masuk ke industri hiburan sejak lama dan bertahan hingga kini.
theatlantic.com

Adanya ide dan berbagai penelitian bernuansa transhumanistik membuat para pencipta film tergelitik untuk mengangkat fenomena ini. Berbagai film beraliran transhumanisme jelas dapat dengan mudah terbaca. Contohnya Robocop, Matrix, Avatar, Lucy, serta Avengers adalah beberapa nama film terkenal yang membawa nuansa penyatuan manusia dengan teknologi yang secara tidak langsung ikut serta menyuburkan ide transhumanisme di tengah masyarakat.

5. Kematian adalah penyakit yang perlu dicarikan obatnya.
naturalblaze.com

Salah satu mimpi dari transhumanisme adalah mencabut kematian dari kehidupan manusia. Manusia berhak untuk hidup selama-lamanya. Para penganut transhumanisme percaya bahwa kematian bukanlah takdir tapi pilihan yang dapat dipilih kapan saja ketika teknologi sudah berkembang. Artinya, manusia boleh memilih akan mati atau hidup. Kematian yang tiba-tiba dipandang oleh kaum transhumanis sebagai penyakit yang perlu dicarikan jalan keluar.
Pada 1967, Amerika Serikat untuk pertama kalinya mengadakan percobaan yang diharapkan mampu merealisasikan mimpi diatas. Bentuk dari percobaan ini adalah pengawetan tubuh dalam suhu yang rendah atau yang dikenal dengan pembekuan kriogenik (cryogenic freezing). Nantinya, tubuh yang diawetkan akan dibangkitkan kembali dengan menggunakan teknologi canggih di masa depan.
Di Amerika Serikat saat ini, sudah terdapat dua perusahaan yang bergerak dibidang cryogenic freezing, salah satunya adalah Alcor. Dilansir dari theverge.com, perusahaan ini mematok harga pengawetan sebesar $200.000 untuk seluruh tubuh per tahun, dan $80.000 per tahun untuk pengawetan kepala. Beberapa pengguna (dan calon pengguna) lebih memilih pengawetan kepala karena mereka menilai bahwa di masa depan, mereka tak memerlukan tubuh alamiah mereka karena bisa digantikan dengan tubuh robot. Ngeri atau keren, guys?

6. Pemberian warga negara secara sah pada Robot Sophia, babak baru transhumanisme?
unsplash

Sophia merupakan robot wanita pertama yang diciptakan oleh Hanson Robotic, sebuah perusahaan robotik di Hongkok. Menariknya, Sophia tidak hanya dapat menjawab berbagai pertanyaan, tetapi juga memiliki ekspresi khas manusia seperti sedih, gembira, tersenyum, dan lain sebagainya. Robot ini bahkan bisa diajak untuk bernyanyi! Dengan kemampuannya, Sophia sukses mengambil hati dunia. Ia berhasil menjawab berbagai pertanyaan dalam banyak sesi wawancara.
Pada 2017, Sophia diperkenalkan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan di tahun yang sama, tepatnya pada 25 Oktober, Arab Saudi secara resmi memberikan kewarganegaraan padanya. Sophia lantas menjadi robot pertama yang memiliki kewarganegaraan. Jika saat ini robot cerdas macam Sophia telah dianggap layak untuk mendapatkan status warga negara maka tak tertutup kemungkinan di masa depan, kamu memiliki Robocop sebagai tetangga atau bahkan ketua RT-mu, bukan?
Source
  • Sumber foto: www.layar.id, philosophytalk.org, medium.com, humanityplus.org, theatlantic.com, naturalblaze.com, unsplash.com


    sumber

No comments:

Post a Comment