Friday, November 22, 2019

Tentang Oleoresin Jahe




Oleoresin adalah suatu gugusan kimiawi yang cukup kompleks persenyawaannya. Kata Oleoresin terdiri atas dua suku kata oleo dan resin, yang berarti minyak dan damar. Oleoresin merupakan benda padat berbentuk pasta yang merupakan campuran dari minyak atsiri pembawa aroma dan sejenis damar pembawa rasa.



Oleoresin dapat diperoleh dari beberapa jenis rempah-rempah misalnya; seledri, lombok rawit, cengkeh, jahe, merica, kunyit dan sebagainya. Karena jenis oleoresin mengandung minyak atsiri dan damar pembawa rasa maka rasa dan aroma dari jenis rempah-rempah asalnya tetap dalam bentuk original di dalamnya.

Mengapa oleoresin menjadi perhatian dunia rempah-rempah? Penemuan oleoresin dari rempah-rempah tersebut, pada hakikatnya sudah lama terjadi namun daur antara penggunaan pertama hingga menjadi bahan konsumsi yang meluas berlangsung agak lama. Misalnya, oleoresin lada hitam diperkenalkan pada tahun 1932, baru tahun 1947 dapat pasaran yang ramai. Demikian pula oleoresin jahe dikenal pada tahun 1899 baru dimanfaatkan secara luas mulai tahun 1930. Oleoresin kunyit diperkenalkan pada tahun 1937 dan dimanfaatkan secara luas pada tahun 1945 (menurut laporan Flavoring & Extract Manufacturers Association of the USA (FEMA) tahun 1961).

Penggunaan oleoresin dari rempah-rempah tertentu kian hari kian mendapat perhatian yang luas karena memberi keuntungan sebagai berikut:
- misalnya, oleoresin lada perbandingan peningkatan cita rasa dari oleoresin lada dengan bubuk/biji lada adalah 1 : 20. Itu berarti bahwa seorang ibu rumah tangga membutuhkan 20 biji lada, untuk penyedap masakannya bisa diganti dengan hanya 1 gram oleoresin lada;
- untuk masakan secara besar-besaran, misalnya, pabrik kalengan daging, sosis, dan sebagainya pengaturan tingkat rasa dan aroma mudah diatur dengan oleoresin daripada dengan biji lada;
- untuk memberi rasa dan aroma jahe pada minuman yang me ngandung alkohol, baik tingkat rendah maupun tingkat tinggi dengan oleoresin jahe mudah dilaksanakan daripada jahe ber¬bentuk rimpang.

Dalam dunia perdagangan pengolahan rempah-rempah menjadi oleoresin mempunyai keuntungan misalnya:
- hasil rempah-rempah yang bisa diambil oleoresin-nya dapat diolah semuanya;
- dengan dihasilkan oleoresin volume ekspor menyusut banyak, berarti mengurangi biaya ekspor, ruangan, angkutan, dan sebagainya. Sebaliknya nilai ekspornya meningkat;
- ampas dari hasil pengolahan dalam bentuk bahan organis dapat dimanfaatkan untuk rabuk;
- oleoresin tidak memerlukan kemasan yang besar volumenya, cukup dengan kemasan dalam bentuk botol atau tube seperti tube tandpasta;
- oleoresin praktis, tidak akan rusak karena kontaminasi dengan jamur maupun lain-lain mikro-organismen.

Proses pembuatan oleoresin
Untuk membuat oleoresin dari suatu jenis rempah-rempah, misalnya lada atau jahe ditempuh proses ekstraksi dengan bahan pelarut
yang mudah menguap dan mudah dipisahkan dari oleoresin-nya.
Jenis-jenis bahan pelarut adalah:
- Aceton, methanol, haxane; isopropanol; dan
- yang banyak dimanfaatkan adalah methanol
Pelaksanaan ekstraksi:
- bahan dihancurkan atau diiris-iris tipis jika bahannya jahe;
- bahan dimasukkan ke dalam ruang ekstraksi;
- seluruh bahan harus terendam dalam bahan pelarut;
- ekstrak (bahan pelarut (solvent) + oleoresin) dialirkan ke dalam ruang pemisah solvent dari oleoresin. Ruang ini adalah ruang yang vakum (kedap udara);
- hasil oleoresin yang sudah bebas dari solvent, dalam keadaan masih cair, panas-panas dimasukkan ke dalam botol dan sebagainya.

Demikian secara garis besarnya proses ekstraksi. Hasil tinggi rendahnya oleoresin suatu jenis rempah-rempah sangat bergantung pada jenisnya. Misalnya, kadar oleoresin jahe berkisar antara 3,8 - 6%. Hasil tertinggi diperoleh dari jenis jahe "Rio de Janeiro") yang berasal dari Brazilia. Kadar oleoresin dari kunyit rata-rata 3 - 6,5%. Kadar oleoresin yang tertinggi diperoleh dari jenis Allepey.

sumber

No comments:

Post a Comment