Wednesday, November 14, 2018

Mengelola Benih Lontar Untuk Mengekplorasi Potensinya



JAKARTA, JITUNEWS.COM
 - Lontar selama ini belum dibudidayakan dan tumbuh secara liar. Padahal tanaman Lontar dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen (nira), difermentasi menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan. Nira Lontar juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan etanol.
Namun, tanaman Lontar belum menjadi “idola” masyarakat untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena masih minimnya pengenalan terhadap tanaman tersebut. Pengelolaan benih Lontar yang baik sejauh ini belum begitu dikenal dalam masyarakat. Masyarakat biasanya langsung meletakkan atau menanam biji ke tanah tanpa menyemainya terlebih dahulu.

Langkah Budidaya

Gambar mungkin berisi: tanaman

  • Pemilihan pohon induk dalam satu sumber benih adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kualitas benih yang baik. Pohon induk biasanya ditemukan pada suatu areal tegakan pohon yang sudah ditunjuk sebagai sumber benih terseleksi atau teridentifikasi.
  • Benih sebaiknya diambil dari pohon induk yang memiliki kriteria seperti batang pohon besar dengan pelepah daun tegak, rimbun dan memiliki jumlah malai per tandan yang banyak, memiliki produktivitas nira yang tinggi.
  • Perkecambahan Lontar mempunyai pola yang berbeda dengan tanaman lain pada umumnya.
  • Pola perkecambahan Lontar dapat diuraikan sebagai berikut: ketika benih Lontar berkecambah, apokol akan tumbuh terus hingga kedalaman 90-125 cm sebelum muncul akar yang sebenarnya serta tumbuhnya satu helai daun pertama yang tidak sempurna ke permukaan tanah. Apokol tumbuh setelah 12 16 minggu benih disemaikan, kemudian tumbuh memanjang mencapai ukuran tertentu dalam waktu 3-4 minggu dan melakukan pembesaran selam 23 minggu. Setelah itu tumbuh akar dari ujung bagian tengah apokol dan selama 7-8 minggu pembentukan akar mencapai panjang hingga 100 – 200 cm. Ketika apokol mengering, maka koleoptil mulai terlihat dan selama 28-32 minggu koleoptil tetap berada di dalam tanah dan kemudian tumbuh menjadi daun yang ditandai dengan munculnya plumula (bakal daun) ke permukaan tanah. Daun tumbuh dan berkembang selama 48-68 minggu.
  • Benih disemaikan di bedeng persemaian dengan media campuran pasir dan tanah (1:1) dengan cara membenamkan benih pada kedalaman 10 cm. Benih akan berkecambah 45-60 hari setelah tanam.
  • Setelah muncul apokol, kecambah disapih dan dipindahkan ke polibeg ukuran diameter 25 cm yang telah diisi ¾ bagiannya dengan tanah yang dicampur pupuk kandang (1:2).
  • Polibag diletakkan diatas rak bambu yang renggang dengan ketinggian < 1 meter dari atas permukaan tanah untuk memberi ruang terhadap pertumbuhan apokol dan akar primer.  Namun kelembaban udara bedeng perlu dijaga tetap tinggi karena pertumbuhan apokol dan perakaran memerlukan kadar air tanah yang tinggi yaitu sekitar 30,6-44,5 %
  • Setelah kecambah tumbuh dalam polibeg di bedeng semai, yang ditandai dengan pemunculan akar primer yang panjang (bisa mencapai 1 meter), maka daun payung pertama akan muncul yaitu kurang lebih setelah 9-12 bulan.
  • Setelah tanaman berumur 12-16 bulan dalam polibag, maka tanaman siap untuk dipindah ke lapang. Media pembibitan yang digunakan adalah campuran tanah dengan pasir dengan perbandingan 1 : 1 (sumber: ditjenbun)

    sumber

No comments:

Post a Comment