Wednesday, August 21, 2019

Potensi Parasitasi Parasitoid Tetrastichus Brontispae Terhadap Pupa Kumbang Janur Kelapa Di Laboratorium

Hasil gambar untuk apa itu tetrastichus brontispae

Hasil gambar untuk apa itu tetrastichus brontispae

Pendahuluan
Di Indonesia pemanfaatan musuh alami yang berupa parasit, predator dan patogen telah lama dilakukan untuk pengendalian hama. Pengendalian ini sangat baik diterapkan di tingkat petani karena lebih murah dan dapat berlangsung dalam jangka waktu cukup lama. Disamping itu juga dapat memberikan keuntungan lain yaitu tidak menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap lingkungan.
Pada Tanaman kelapa, Tetrastichus brontispaemerupakan agens hayati yang termasuk golongan parasitoid, yang menyerang stadium larva tua dan pupa muda dari hama kumbang janur kelapa (Brontispa longissima) dan kumbang bibit kelapa (Plesispa reichei). Parasitoid ini merupakan musuh alami yang efektif  kedua hama tersebut karena daya parasitasinya yang tinggi. Pada kondisi laboratorium, parasitoid ini diketahui mampu memparasit pupaPlesispa sebesar 75% (Tumewan, F., dkk., 1990) dan10% larva instar akhir dan 60-90% pupa Brontispa longissima (http://balitka.litbang.deptan.go.id/; Alouw).

Hasil pengkajian dari BPTP Pontianak dalam beberapa bulan terakhir, parasitoid Tetrastichus brontispae ini telah diketahui keberadaannya di beberapa tempat di provinsi Kalimantan Barat antara lain di Kabupaten Pontianak dan di Kabupaten Kubu Raya. Data ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pengendalian hayati secara lebih lanjut baik dalam upaya implementasi program PHT dengan mengkombinasikan berbagai tehnik pengendalian secara terpadu ataupun untuk kepentingan pemeliharaan efektivitas musuh alami itu sendiri (dalam bentuk augmentasi maupun konservasi) sehingga pengendalian hama kumbangBrontispa/Plesispa dalam berjalan baik dan aman.
Untuk lebih memantapkan status parasitoid Tetrastichus di lapangan maka dilakukan beberapapengujian untuk mengetahui potensi parasitoid tersebut. diantaranya adalah melakukan pencacatan tingkat parasitasi alamiah dan pengujian daya parasitasi parasitoid terhadap pupa kumbang janur kelapa di Laboratorium. Kegiatan ini juga berguna sebagai bahan pertimbangan saat melakukan penambahan atau augmentasi parasitoid di suatu lokasi tertentu.
Hasil pencatatan diketahui semua pupa yang dikumpulkan diketahui parasitoid Tetrastichus brontispae telah ada di beberapa kebun kelapa di Kalimantan Barat dengan tingkat parasitasi alamiah yang bervariasi dengan persentase parasitasi tertinggi ada pada kebun di desa Wajok Hilir sebesar 59,23% dan terendah di Parit Keladi sebesar 10 % (Rismansyah, Laporan POPT Bulan Januari 2012)
Adapun kemampuan parasitas parasitoid T. brontispae di laboratorium hingga saat ini belum diketahui, sehingga dalam hubungan strategi pengendalian hayati terhadap hama ini, pengelolaan parasit pupa T. brontispae perlu ditelusuri.
Tujuan dari kegiatan ini selain untuk perbanyakan parasit juga untuk mengetahui kemampuannya memparasit hama sasaran dan siklus hidupnya agar nanti lebih memudahkan dalam penelitian di lapang.
Pelaksanaan Kegiatan Perbanyakan Parasit Pupa Tetrastichus brontispae
Parasit T. brontispae diperoleh dari lapangan denganmengumpulkan pupa kumbang janur terinfeksi dan kemudian membawanya ke laboratorium hama.Standar perbanyakan parasit di laboratorium dilakukan dengan cara:
          Untuk setiap tabung (volume kurang lebih 130 ml) dimasukkan pupa dan parasit dengan rasio yang telah ditentukan. Beri makan parasit dengan madu yang telah diencerkan (50%) dengan cara mengoles pada permukaan kertas lilin secara tipis dan merata
          Infeksikan parasit selama 48 jam (2 hari) sesudah itu pupa dipindahkan dalam tabung bersih lainnya. Tabung yang berisi parasit dapat digunakan lagi untuk menginfeksi pupa yang sehat. Hal ini dapat dilakukan sampai parasit mati.
          Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengetahui daya infeksi parasit dan siklus hidup parasit di laboratorium.
          Parasit yang baru keluar ditempatkan dalam tabung pipa lain, kemudian kedalam tabung ini dimasukkan pula pupa sehat untuk diinfeksi.



Gambar 1. T. brontispae sedang memarasit pupa kumbang janur kelapa



Gambar 2. Pengujian Kemampuan Parasitoid terhadap pupa Kumbang Janur Kelapa
Hasil Kegiatan dan Pembahasan
Kegiatan pengamatan potensi parasitasi parasitoid T. brontispae terhadap pupa kumbang janur kelapa dilakukan dalam 2 kegiatan yaitu pengamatan banyaknya parasitoid yang muncul per pupa dan persentase parasitasi pada beberapa rasio populasi parasitoid dan inangnya.
a. Jumlah Parasitoid Yang Keluar Per Pupa di Laboratorium
Kegiatan ini dilaksanakan dengan menghitung jumlah parasitoid yang keluar dari setiap pupa yang terinfeksi. Caranya adalah dalam setiap tabung reaksi ditempatkan 1 pupa yang terinfeksi kemudian dilakukan pengamatan dan penghitungan jumlah parasitoid yang keluar.
Adapun data parasitoid yang keluar per pupa sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Parasitoid per Pupa di Laboratorium 
No Pupa        Jumlah parasitoid/ulangan          Rata2
            I           II          III        IV       
1          20       25       18       10       18,25
2          19       12       21       14       16,50
3          19       5          13       12       12,25
4          55       5          3          51       28,50
5          21       9          15       8          13,25
6          20       22       15       11       17,00
7          19       1          15       15       12,50
8          17       9          7          8          10,25
9          24       -           22       9          18,33
10       15       -           6          14       11,67
11       32       -           28       -           30,00
jumlah Parasitoid   261     88       163     152    
Pupa  11       8          11       10      
rata2  23,73 11,00 14,82 15,20 16,19

Dari tabel hasil kegiatan diatas dapat dilihat bahwa jumlah parasitoid yang keluar per pupa bervariasi dengan kisaran rata-rata antara 10,25 – 30 ekor per tabung. Potensi terbanyak ditemukan jumlah parasitoid yang keluar sebanyak 55 ekor parasitoid, akan tetapi ada pupa pupa terinfeksi yang tidak keluar parasitoid. Sedangkan rata-rata untuk semua tabung yang diuji adalah sebanyak 16,19 ekor parasitoid per pupa.
Menurut Heroetadji (1989) dalam Alouw dkk (2004)Sekitar 19 parasitoid T. brontispae menetas per pupaPlesispa dan 6-16 per pupa Brontispa. Sedangkan menurut Alouw dari 62 contoh pupa  terparasit  yang  diamati,  jumlah  imago  parasitoid  yang  keluar  dari  satu  pupa  terparasit berkisar  antara  7  sampai  41  ekor dengan inang Brontispa longissima.
b. Tingkat Parasitasi pada berbagai kombinasi kepadatan Populasi Parasitoid dan Inang di Laboratorium
Hasil pengamatan tingkat parasitasi parasitoid T. brontispae pada berbagai kombinasi kepadatan Populasi Parasitoid dan Inang di Laboratorium tercantum pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Rasio Pupa Terinfeksi pada berbagai Kombinasi Kepadatan Populasi Parasitoid dan Inang
Kode Perlakuan      rasio Prs:Pupa         N         Jml Pupa terinfeksi % pupa terinfeksi
A         5:20   1          12       60,0%
B          13:40 1          33       82,5%
C          15:20 1          1          5,0%
D         20:20 23       10,17*          50,9%
E          20:23 1          8          34,8%
F          20:30 1          20       66,7%
G         20:48 1          26       54,2%
H         20:50 3          31*     62,0%
I           21:40 1          35       87,5%
J           22:50 1          24       48,0%
K          24;40 1          27       67,5%
 Rata-rata                                         56,27%

* rasio perlakuan parasitoid dan pupa sehat (kode D dan H) jumlah pupa terinfeksi merupakan nilai rata-ratanya

Dari hasil pengamatan sebagaimana tercantum dalam tabel diatas, dapat diketahui bahwa persentase pupa terinfeksi bervariasi dari 5 % hingga 87,5% dengan rata-rata 56,27%.
Selama pengamatan perbanyakan parasit pupakumbang janur menunjukkan hasil yang cukup memadai yang dapat dilihat dari perkembangan parasit yang dipelihara. Walaupun demikian tehnik yang diterapkan masih perlu disempurnakan, khususnya dalam mengeliminir faktor pembatas agar sesuai dengan kondisi di lapangan. Pertimbangan ini didasari pada kenyataan yang terlihat di laboratorium dimana parasit yang baru berkembang tidak mampu bertahan lama dan mengalami kematian. Selain faktor temparatur yang kurang mendukung, keterbatasan media hidup merupakan penyebab utama terjadinya mortalitas parasit.
Kesimpulan
Perbanyakan parasitoid pupa kumbang janur di laboratorium sebagai langkah awal aplikasi pengendalian hayati di lapang, ternyata memberi hasil yang cukup memadai.

Dari studi ini diketahui bahwa kemampuan memparasit T. brontispae di laboratorium dapat mencapai 56,27 % dan jumlah parasitoid yang keluar tiap pupa rata-rata sebanyak 16,19 ekor. Berdasarkan data ini maka pengembangan parasit pupaTetrastichus brontispae amat potensial untuk dilaksanakan dan dikembangkan di provinsi Kalimantan Barat.
Literature
F. Tumewan, S. Sabbatoellah, A.M.E. Kodong dan Soekarjoto. 1990. Tehnik Perbanyakan Parasit Hama Plesispa reichei di Laboratorium. Buletin Balitka No 11, Mei 1990 hal. 25-28
Jelfina C. Alouw, F. Tumewan dan M.L.A Hosang.2004. Pengendalian Hayati Hama Kumbang Bibit Kelapa Plesispa reichei (Chapuis) (Coleoptera: Chrysomellidae). Makalah Pertemuan Pengembangan Teknologi Perlindungan Perkebunan Regional Kalimantan T.A. 2004. Proyek Proteksi Tanaman Perkebunan Kalimantan Barat, Pontianak. 2004.
Rismansyah, Erlan Ardiana. 2012. Evaluasi Lapangan Keberadaan Agens hayati Tetrastichus brontispae di Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya. Laporan Fungsional POPT Bulan Januari 2012. BPTP Pontianak.

Sumber :
Rismansyah, E. A. 2012. Laporan Fungsional POPT Bulan Mei 2012. BPTP Pontianak. Tidak dipublikasikan

No comments:

Post a Comment