Friday, May 1, 2020

MENSTERILKAN MEDIA TANAM



Cara Mensterilkan Pasir Untuk Media Tanam - Pertanianku

Pada saat pertama-tama mengenal dan berkecimpung di dunia tanaman, saya sering mengunjungi florist atau nursery untuk sekedar iseng atau pun membeli kebutuhan keperluan berkebun di rumah. Kadang kala, ada di antara pedagang disana yang menawarkan media tanam (khususnya pakis untuk anggrek) sudah dalam kondisi steril / suci hama.

Harganya relatif cukup mahal dibandingkan dengan media tanam non steril (1 : 3). Ketika ditanyakan, mereka tidak pernah mau (atau tidak tahu?) mengatakan bagaimana caranya melakukan proses sterilisasi media tanam yang ditawarkan. Saya pernah membelinya, untuk sekedar mengetahui ‘kualitas’ dari media tanam tersebut. Lewat beberapa minggu sejak diaplikasikan, saya tidak menemukan perbedaan mencolok pada pertumbuhan tanaman antara ditanam menggunakan media tanam steril dengan non-steril.

Mencoba mensterilkan media tanam sendiri…
Agak sulit menemukan informasi mengenai proses mensterilkan media tanam. Bahan utama yang dibutuhkan sebagai media untuk mensterilkan, tidak pernah terdengar atau pun di publikasikan secara luas. Beberapa informasi menyatakan dengan merendam media tanam dalam air mendidih selama jangka waktu tertentu. Informasi lain menyarankan merendam media tanam dalam air dengan campuran cairan disinfektan.

Saya pernah mencoba kedua cara sterilisasi tersebut. Walau pun hasil yang diperoleh dapat dikatakan mendekati sebagaimana diharapkan, tidaklah sebanding dengan tingkat ke repot-an dan saat melakukan proses pengerjaan men-suci hama-kan.



Apakah perlu men-steril-kan media tanam?
Pada suatu hari, ketika sedang mensterilkan media tanam sambil memperhatikan media tanam yang sedang direndam dalam air + cairan disinfektan, terlintas serangkaian pertanyaan di benak saya :

“Mengapa harus melakukan pekerjaan ini? Apa tujuan yang hendak diraih? Apakah hendak menanam menggunakan media tanam suci-hama? Atau hendak mensterilkan media tanam dari hama agar dapat digunakan kembali?”.

Tindakan mensterilkan media tanam yang sebenarnya saya butuhkan adalah untuk meng-eliminasi / memusnahkan hama yang beredar di media tanam.

Lalu, saya pun kembali bertanya pada diri sendiri, “Untuk apa mensterilkan media tanam dengan merendam dalam air campuran disinfektan?”.

Cara tercepat meminimalisir populasi hama dalam media tanam adalah menghilangkan / membuang sumber / tempat hama berkembang biak, dalam hal ini adalah media tanam itu sendiri. Kalau demikian halnya, tindakan tersebut sama saja dengan mensterilkan “fisik media tanam” alias “membuang media tanam”. Bukan membuang hama yang beredar di media tanam.

Benar begitu, bukan?

Jadi, pengertian tujuan mensterilkan media tanam adalah membuang hama yang beredar di media tanam, yang mana bisa diartikan bahwa fisik media tanam tetap dipertahankan agar bisa digunakan kembali setelah hama dibersihkan. Jika berdasarkan alasan tersebut tindakan mensterilkan media tanam hendak dilakukan, ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan :

Saat media tanam bermasalah dalam proses sterilisasi, setidaknya, tanaman harus dipindahkan sementara pada media tanam lain / baru. Jadi, untuk apa bersusah payah mensterilkan media tanam, jika pada akhirnya harus tetap menggunakan media tanam lain / baru sebagai tempat penampung sementara tanaman ketika media tanam yang bermasalah di-steril-kan? Mengapa tidak dilanjutkan saja menggunakan media tanam lain / baru tersebut sebagai pengganti media tanam bermasalah? Selain itu, sampai dengan tulisan ini diturunkan, hampir tidak pernah saya menemukan hama bersarang dan beredar pada media tanam yang belum pernah terpakai.
Jika menggunakan cairan disinfektan untuk proses mensterilkan, maka setelah selesai, media tanam harus dibersihkan dari kandungan cairan disinfektan. Kemudian merendam kembali media tanam dalam air yang telah dicampur dengan pupuk agar media tanam dalam kondisi layak tanam ketika hendak digunakan.
Seberapa jauh populasi hama telah berhasil dibersihkan dari media tanam dan berapa besar biaya dan lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil seperti itu?
Dari ketiga alasan ini, saya berpendapat, tidaklah sebanding jika kita melakukan tindakan mensterilkan media tanam dari hama hanya untuk mempertahankan fisik media tanam agar bisa digunakan kembali. Bahkan, lebih baik dibuang saja seandainya kondisi media tanam memang sudah di penuhi dengan hama tanaman. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti dengan media tanam baru akan jauh lebih murah. Selain itu juga, tidak banyak kerja / tindakan yang harus dilakukan.

Namun, apakah tindakan seperti itu dapat menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya?

Sebaiknya, kita jangan pernah menganggap remeh terhadap keberadaan hama tanaman. Baik yang beredar di bawah maupun di permukaan media tanam. Keberadaan mereka yang berkesinambungan (tidak dapat sepenuhnya diberantas) membuktikan ketangguhan mereka dalam bertahan hidup. Tindakan mengganti dengan media tanam baru untuk mengatasi peredaran hama di media tanam lama hanya merupakan solusi sesaat.

Dalam kasus ini, saya melihat perlunya dukungan pestisida untuk mengendalikan peredaran hama di dalam media tanam. Dengan demikian, kemungkinan fisik media tanam terbuang percuma dapat dihindari.

Mengganti vs Mensterilkan Media Tanam….
Sebenarnya, sejauh mana kepentingan pemakaian media tanam yang telah disterilkan untuk digunakan dalam aktivitas berkebun skala amatir / hobi?

Hingga saat ini, saya tidak melihat hal tersebut sebagai satu keharusan. Boleh dikerjakan, boleh juga tidak. Sudah cukup kiranya hanya dengan menggunakan media tanam non-steril saja, namun kondisinya masih baru. Umumnya, setelah tanaman di pindah-tanamkan menggunakan media tanam baru, permasalahan yang sebelumnya mengganggu bisa teratasi dengan baik. Termasuk mengatasi peredaran hama di media tanam.

Pertanyaannya, apakah ada cara mensterilkan hama media tanam yang lebih mudah dan efisien tanpa harus mengganti dengan media tanam baru?

Pada beberapa artikel lain di situs ini, pembahasan mengenai tindakan mengganti media tanam lama dengan yang baru lebih ditujukan untuk keperluan dalam mengatasi masalah overdosis pupuk atau pestisida (artikel Memelihara Hama Tanaman? ? ? ). Hal itu pun dilakukan jika memang telah dipastikan bahwa penyebab gangguan pada tanaman benar-benar diakibatkan bukan karena hama tanaman.

Jadi, sebenarnya, selama pengaplikasian pupuk / pestisida masih dalam taraf normal, kemungkinan tanaman rusak / sakit akibat overdosis pupuk / pestisida sangatlah kecil. Sehingga, tindakan mengganti media tanam selama masa perawatan / pemeliharaan tanaman dapat dikatakan nyaris tidak diperlukan.

Hal tidak terduga dan sering dialami selama masa perawatan / pemeliharaan tanaman adalah serangan hama di bawah permukaan media tanam yang telah melampaui ambang batas toleransi, tanpa disadari awal dan proses kehadirannya.

Hama tanaman, bagaimana pun caranya, akan tetap ada dan hadir selama tanaman dalam kondisi sehat. Baik hama yang beredar di bawah mau pun di atas permukaan media tanam. Sebelumnya, saya menggunakan pestisida organik bawang putih dalam mengendalikan dan mengatasi hama-hama tersebut. Walau pun efektif, pengerjaannya harus rutin dan telaten untuk dilakukan minimal 1 minggu sekali. Namun demikian, setidaknya, saya dapat terhindar dari pekerjaan mengganti media tanam akibat tidak terkendalinya populasi hama yang beredar dalam media tanam.

Sekitar bulan Maret 2012, saya memodifikasi komposisi resep ramuan pestisida tersebut dengan mengganti salah satu bahan baku ramuan dengan daun mimba segar. Pada saat itu, memang, kondisi persediaan ramuan pestisida bawang putih yang ada telah menipis dan pohon mimba di rumah berdaun cukup rimbun, jadi tidak ada salahnya memberdayakan daun-daun tersebut sebagai bahan baku pestisida. Tidak ada maksud atau tujuan apa pun dari tindakan memodifikasi resep tersebut daripada sekedar iseng dan pemikiran “siapa tahu…?”

Beberapa percobaan telah dilakukan untuk menguji kemampuan ramuan terhadap hama-hama yang terlihat berkeliaran (on the spot), seperti : siput bercangkang, siput telanjang, kutu putih dan belalang. Memang, efeknya tidak seketika mematikan, namun (yang diluar dugaan saya) tetap mematikan! Maksudnya, walau pun hama masih dapat melarikan diri setelah terkena ramuan, pada akhirnya tetap mati.

Perbedaan dengan ramuan sebelum resep dimodifikasi, terlihat jelas pada hama siput telanjang. Cukup sekali semprot, hama akan mati dalam waktu < 5 menit (tergantung tingkat kepekatan ramuan yang digunakan, tapi pasti mematikan). Selama ini, dari beberapa bahan nabati yang pernah dibuat, tidak ada yang mampu membunuh siput telanjang hanya dengan sekali semprot kecuali dengan menggunakan ramuan air rendaman tembakau.

Hal lain yang jelas terlihat berbeda adalah ramuan ini sama sekali tidak berdampak negatif terhadap daun tanaman. Dan yang benar-benar membuat saya terkagum-kagum pada daun mimba adalah kemampuannya dalam membunuh rayap dan mensterilkan keberadaannya dari media tanam.

Bersamaan dengan berhasilnya mengatasi hama rayap dengan cara mensterilkan media tanam tanpa menimbulkan efek negatif pada tanaman, membuat ide baru muncul di kepala saya : “Mengapa tindakan sterilisasi tidak sekalian saja dilakukan saat menambahkan media tanam baru?”.

Hampir setiap 2 bulan sekali, tindakan penggemburan media tanam perlu dilakukan untuk menjaga suplai oksigen dalam media tanam. Biasanya, setelah dilakukan penggemburan, volume media tanam dalam pot terlihat berkurang dikarenakan proses pelapukan. Agar volume media tanam kembali seperti keadaan semula, perlu ditambahkan media tanam baru.

Pada saat itulah, media tanam baru yang hendak ditambahkan, direndam sebentar dalam air campuran ramuan pestisida sebelum dimasukkan ke pot. Perbandingan campuran antara ramuan : air = 1 : 4, sudah dapat berfungsi sebagai pengusir / penolak hama yang bersarang di media tanam. Perbandingan 1 : 2, berefek mematikan hama yang ada di media tanam. Sisa air rendaman dapat disiramkan ke dalam pot setelah penambahan media tanam selesai dilakukan.

Terdapat kemungkinan tindakan sterilisasi dengan menggunakan ramuan pestisida berbahan campuran daun mimba, juga turut mematikan mikro organisme penghasil unsur hara dalam media tanam. Namun, hingga saat ini, saya tidak melihat hal tersebut mengganggu tanaman yang tumbuh di atasnya. Melihat dari hasil akhirnya yang tanpa mencederai fisik tanaman, saya rasa, tidak perlu kiranya untuk melakukan tindakan hingga taraf mengganti media tanam guna mengatasi hama yang beredar di media tanam.


Kandungan nutrisi pada ramuan pestisida…
Menurut beberapa sumber, baik bawang putih maupun daun mimba memiliki kandungan nutrisi yang dapat berfungsi sebagai pupuk tanaman. Melihat efek yang dihasilkan setelah 1 bulan sejak tindakan sterilisasi dilakukan, sulit menilai penyebab kondisi tanaman menjadi tampak lebih segar. Keadaan media tanam yang jauh lebih bersih dari hama ketika dibongkar, merupakan satu-satunya kenyataan yang terlihat oleh kasat mata.

Tidak ada efek negatif teridentifikasi pada proses tumbuh-kembang tanaman setelah 2 bulan kemudian sejak tindakan sterilisasi. Selama masa untuk mendapatkan hasil dari tindakan mensterilkan media tanam tersebut, saya tidak pernah mengaplikasikan bubuk kacang kedelai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Dalam hal ini, saya hanya berusaha mendapatkan hasil se-realistis mungkin atas tanaman yang disterilkan media tanamnya. Dan, dari sudut pandang saya, tanaman tidak terlihat kekurangan nutrisi selama tenggang waktu tersebut.

Semua berjalan normal, proses tumbuh-kembang tanaman berlangsung sebagaimana apa adanya. Ada kemungkinan kandungan nutrisi dalam kedua bahan tersebut juga berfungsi sebagai pupuk tanaman. Tindakan sterilisasi media tanam ini saya kerjakan juga pada beberapa tanaman lain dalam pot berbeda. Hasilnya menunjukkan pertumbuhan semua tanaman tersebut tetap berjalan secara normal. Beberapa tanaman tumbuh dengan kondisi fisik daun baru tidak sebesar daun lama. Namun, tetap tumbuh dengan normal.

Jadi, apakah ramuan pestisida tersebut bisa dijadikan sebagai pupuk organik cair media tanam?

Mungkin saja bisa.

Namun, walau pun belum pernah secara serius ditelusuri sejauh mana dampak yang dihasilkan, saya cenderung untuk mengatakan tidak bisa. Ada beberapa kelebihan pupuk organik padat untuk media tanam yang tidak dimiliki oleh pupuk organik cair untuk media tanam. Dan, hingga saat ini, saya tetap berpedoman pada prinsip itu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman, khususnya melalui media tanam.

Pengaplikasian pupuk organik padat setelah sterilisasi…
Setelah memastikan tindakan sterilisasi media tanam itu tidak membawa efek negatif apa pun pada tanaman, saya pun membuat kerangka rutinitas mengaplikasikan kedelai tumbuk / giling selang 1 bulan sejak sterilisasi media tanam dikerjakan.

Walau pun (seandainya) ramuan pestisida organik ini memiliki peran tambahan sebagai pupuk cair, efek mematikan mikro organisme di media tanam adalah hal yang mungkin terjadi. Logikanya, kemampuan ramuan dalam membunuh hama secara umum, sudah pasti akan membawa pengaruh yang sama terhadap mikro organisme selain hama yang hidup di media tanam. Sejauh mana efek yang ditimbulkan, saya tidak tahu persis. Menurut saya, tidak ada salahnya tindakan pengaplikasian kedelai tumbuk / giling dilakukan 1 bulan setelah sterilisasi.

Selain berfungsi meningkatkan / menormalkan kembali aktivitas mikro-organisme dalam media tanam, setidaknya, tindakan pengaplikasian pupuk organik padat dapat menjaga pertumbuhan tanaman tetap stabil.


Tindakan sterilisasi secara rutin…
Populasi hama dapat berkembang kapan saja dan seringkali berlangsung tanpa didahului dengan tanda-tanda perubahan pada fisik tanaman. Walau pun pengaplikasian ramuan pestisida bawang putih / daun mimba telah dilakukan secara rutin sebagai tindakan pencegahan, kita tidak pernah tahu apa yang sedang dan telah terjadi di bawah permukaan media tanam.

Tindakan penggemburan media tanam secara berkala merupakan salah satu cara kontrol yang baik untuk mengetahui garis besar kondisi media tanam dalam pot, dimana salah satunya adalah mengetahui tingkat populasi hama yang beredar. Mungkin, ramuan pestisida organik daun mimba dapat menjadi satu alternatif baru yang lebih baik untuk mempermudah tindakan perawatan media tanam dalam mengendalikan / mengatasi peredaran hama di dalamnya.

Satu perbedaan yang cukup berarti dalam mengendalikan peredaran hama media tanam dengan menggunakan cara ini adalah waktu pengerjaan yang relatif singkat dan tidak ada media tanam yang terbuang percuma. Setidaknya, tingkat ke-repot-an dan biaya yang harus dikeluarkan bisa di minimalisir, tanpa mengurangi kualitas hasil yang diperoleh.

Semoga bermanfaat!

1 comment:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ajoqq^^cc
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajopk.biz...^_~3:23 PM 15-Sep-20
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete