Kementerian Perindustrian
Roadmap
Industri Pengolahan Kelapa
DIREKTORAT JENDERAL
INDUSTRI AGRO DAN KIMIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 2009
I. PENDAHULUAN
1.1. Ruang lingkup
Industri Pengolahan Kelapa
Indonesia merupakan negara yang memiliki
lahan tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal 3,88 juta hektar (97%
merupakan perkebunan rakyat), memproduksi kelapa 3,2 juta ton setara
kopra.Selama 34 tahun, luas tanaman kelapa meningkat dari 1,66 juta hektar pada
tahun 1969 menjadi 3,89 juta hektar pada tahun 2005.
Meskipun luas areal
meningkat, namun produktivitas pertanaman denderung semakin menurun (tahun 2001
rata-rata 1,3 ton /Ha, tahun 2005 rata-rata 0,7 ton/Ha). Produktivitas lahan
kelapa Indonesia masih rendah di bandingkan dengan India dan
Srilangka.Perkebunan kelapa rakyat dicirikan memiliki lahan yang sempit,
pemeliharaan seadanya atau tidak sama sekali dan tidak pada skala
komersial.Permintaan produk-produk berbasis kelapa masih terus meningkat baik
untuk ekspor maupun pasar dalam negeri.Industri turunan kelapa masih dapat
dikembangkan dengan melakukan diversifikasi produk olahan antara lain : oleo
kimia, desiccated coconut, virgin oil, nata de coco, dan lain-lain1.2.
Pengelompokan Industri Pengembangan Industri Pengolahan KelapaSebagaimana
diketahui, kelapa adalah tanaman yang dari semua bagiannya dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Gambaran dari pemanfaatan
bagian-bagian tanaman kelapa dimaksud adalah sebagaimana tercantum sebagai
berikut :Industri Hulu: Industri kelapa hulu merupakan industri kelapa paling
hulu dalam rangkaian industri kelapa, seperti kelapa segar, kopra (kopra hitam
dan putih)Industri Antara : Industri kelapa antara merupakan industri kelapa
yang memproses bahan baku menjadi produk-produk turunan, seperti tempurung
kelapa, Copra Meal, Desiccated Coconut.Industri Hilir : Industri kelapa Hilir
adalah industri kelapa yang mengolah bahan yang dihasilkan oleh industri kelapa
antara menjadi berbagai produk akhir yang digunakan oleh industri . seperti
Karbon aktif, Minyak kelapa, Coconut cream/milk dan lain-lain.Meskipun seluruh
bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk peningktan kesejahteraan
manusia, namun perkembangan industri pengolahan berbasis kelapa di Indonesia
dimulai dengan pengembangan industri kopra sebagai bahan baku industri minyak
kelapa.1.3. Kecenderungan Global industri Pengolahan KelapaKecenderungan yang
telah terjadi:Beberapa negara penghasil kelapa telah mengembangkan olahan
kelapa kearah hilir diantaranya Philipina yang telah mengembangkan coconut
methyl ester, tepung kelapa dan produk minuman baik dalam bentuk minuman segar
maupun olahan lainnya. Pada tahun 2006 Indonesia merupakan negara yang memiliki
lahan tanaman kelapa terluas didunia dengan luas areal sekitar 3,82 juta ha
dimana 97% nya merupakan perkebunan rakyat dengan produksi 15,9 milyar butir
atau setara dengan 3,2 juta ton kopra. Total nilai ekspor kelapa sekitar US$
364,575 ribu.Kecenderungan yang akan terjadi :Indonesia merupakan produsen
kelapa terbesar didunia tetapi sebagian besar digunakan untuk memenuhi
permintaan di dalamnegeri. Hal ini mengakibatkan pangsa pasar terutama minyak
kelapa di pasar internasional relatif kecil.Hal ini
berbeda dengan Philiphina yang merupakan negara penghasil kelapa no.3 dunia
setelah Indonesia dan India, namun 80% produksinya untuk ekspor. Permintaan
dunia akan produk turunan kelapa masih cukup baiki terutama untuk pemakaian
organic foods, functional drink, cosmo centicals, oleo chemicals, biofuel dan
bio lubricants dan lain-lain.Analisis terhadap kecenderungan yang telah dan
akan terjadi :Bahwa kondisi tersebut menggambarkan bahwa masih banyak peluang
dalam meningkatkan pengembangan industri pengolahan kelapa untuk mengisi pangsa
pasar dunia, yaitu dengan mengupayakan antara lain :Melakukan penguatan
struktur industri berbasis kelapa dengan menciptakan iklim investasi dan usaha
melalui insentif fiskal dan jaminan keamanan berusaha.Meningkatkan lapangan
usaha industri yang telah adaPenciptaan lapangan usaha industri pengolahan
kelapa melalui promosi investasi disentra bahan baku dan pengembangan pasar
domestik dan ekspor.Permasalahan Yang Dihadapi Industri Pengolahan Kelapa1.4.
Permasalahan yang dihadapi oleh Industri Pengolahan Kelapa, antara lain:a.
Bahan bakuTingginya tingkat pertanaman kelapa yang tidak produktif (sudah tua
dan rusak) mencapai 30 – 40 persen dari areal perkebunan rakyat;Produktivitas
tanaman kelapa masih sangat rendah, yaitu sekitar 4.200 butir/ha atau setara
dengan 0,83 ton kopra/ha;Pasokan bahan baku terbatas baik dari segi jumlah
maupun mutu.b. ProduksiTerbatasnya R & D untuk diversifikasi poduk kelapa
olahan;Industri pengolahan kelapa saat ini masih didominasi oleh produk
setengah jadi berupa kopra dan coconut crude oil (CCO);Harga nominal kopra
relatif makin menurun, sehingga pertambahan input tidak akan meningkatkan nilai
tambah;Utilitasi kapasitas produksi industri olahan kelapa masih rendah sekitar
40 persen.Produk kelapa yang dihasilkan hanya belasan jenis, sedangkan di
Philipina telah mencapai 100 jenis produk.c. PemasaranKontribusi minyak goreng
kelapa sebesar 0,4 juta ton atau 12 persen dari konsumsi minyak goreng nasional
yang jumlahnya mencapai 3,3 juta ton sebagai akibat pesatnya perkembangan
industri minyak goreng sawit;Ekspor produk kelapa tahun 2006 sebesar USD
364.575 sebagian besar masih dalam bentuk primer;Adanya isu kandungan aflatoxin
yang tinggi pada kopra dan minyak kelapa yang menggunakan bahan baku kopra
hitam dari UE dapat menghambat ekspor minyak kelapa ke pasar tradisional USA
dan UE. d. Infrastruktur Terbatasnya pasokan listrik, sarana jalan, transportasi,
telekomunikasi, pelabuhan dan lainnya di wilayah pengembangan (Maluku Utara,
Sulut, Riau, Kalbar, Lampung). .II. FAKTOR DAYA SAING2.1. Permintaan dan
Penawarana. Permintaan Dunia dan RegionalTotal nilai ekspor dunia produk
turunan kelapa pada tahun2005 sekitar US$ 1,2 Milyar, dengan eksportir utama
Philipina yaitu sekitar 65%, sedang Indonesia hanya US$. 228,68 juta atau
sekitar 19%. Pada tahun 2005, nilai ekspor produk kelapa Indonesia meningkat
menjadi US$ 305 juta atau naik 33,4% dibanding tahun 2004.Dari 17 jenis minyak
dan lemak yang diperdagangkan di pasar internasional tahun 2005, minyak kelapa
memberikan kontribusi sebesar 4,34% atau menduduki peringkat ke-6 setelah
minyak kedele (30,45%), minyak sawit (30,34%), rapeseed oil (9,54%), minyak
bunga matahari (8,16%) dan minyak/lemak hewani (4,40%).Pasar utama kopra tahun
2005 adalah : Philippina (27,81%), Malaysia (12,39%), Jerman (34,91%), dan
lain-lain negara di bawah 9%.Pasar utama minyak kelapa tahun 2005 : Uni Eropa
(50,98%), USA (21,78%), Malaysia (8,25%), China (5,95%) dan Singapura
(1,46%).Pasar utama bungkil kelapa tahun 2005 : Korea Selatan (49,77%), Vietnam
(12,81%), India (9,94%), Netherland (6,85%), Australia (2,82%) dan Jerman
(1,61%).Permintaan dunia akan beberapa produk turunan kelapa untuk beberapa
pemakaian berikut ini cukup baik, antara lain: organicfoods, coconut based
functional foods, functional drink, cosmoceuticals, oleo chemicals, bio fuel
and bio lubricants, premium grade monolaurin for HIV/AIDS, high value coir
products, virgin oil.Jaringan pemasaran kopra dan minyak goreng kelapa dikuasai
oleh broker.Pasar produk-produk turunan kelapa dunia
dikuasai oleh Philipina.Pasar oleokimia dan
turunannya dikuasai MNC seperti : KAO (Jepang), P&G (USA) dan Henkle
(Jerman). • Kenaikan produksi minyak dan lemak berbasis kelapa dunia relatif
kecil yaitu rata-rata kurang dari 2% selama tahun 1985-2005.Sementara kenaikan
permintaan minyak dan lemak dunia selama periode 1985-2005 relatif tinggi,
namun sebagian besar kenaikan tersebut dipenuhi dari produksi dari minyak
kelapa sawit , minyak kedele, rapeseed dan bunga matahari. Diproyeksikan sampai
tahun 2012 kecenderungan ini masih akan tetap berlangsung.Faktor yang mendorong
kenaikan permintaan produk minyak kelapa dunia disebabkan karena kandungan asam
laurat yang tinggi, terutama untuk keperluan industri detergen dan kosmetik
serta kecenderungan akan produk-produk ramah lingkungan.Indonesia merupakan
produsen kelapa No. 1 dunia, namun karena sebagian besar dimanfaatkan untuk
memenuhi permintaan dalam negeri, mengakibatkan pangsa pasar minyak kelapa
Indonesia di pasar internasional relatif kecil. Berbeda dengan Pilipina yang
merupakan produsen kelapa No. 3 dunia setelah Indonesia dan India, namun 80%
produknya diekspor. Kebutuhan dunia akan minyak kelapa dan kopra pada tahun
2005 sebesar 2,1 juta ton, 55% dipasok oleh Philipina.Produk-produk berbasis
kelapa yang memiliki prospek pasar global : coconut milk powder, coconut jam,
liquid coconut milk, coco chips, desiccated coconut, coconut pith, coconut
vinegar, frozen coconut meat, nata de coco, virgin oil, fresh coconut dan
coconut water concentrate. Adapun produk- produk berbasis kelapa lainnya yaitu
minyak goreng dan coco chemicals harus bersaing dengan produk yang sama
berbasis kelapa sawit dan minyak kedele.b. Permintaan dan penawaran Domestik Potensi
bahan bakuLuas areal perkebunan kelapa : 3,89 juta ha.Produksi rata-rata
sekitar 3,1 juta ton/tahun setara kopra.Kapasitas terpasangIndustri minyak
goreng kl: 1.095.976 t/thIndustri kelapa parut : 41.287 ton/thIndustri karbon
aktif : 25.000 ton Penyerapan tenaga kerjaIndustri minyak goreng kl: 5.525
orangIndustri kelapa parut : 7.121 orangIndustri karbon aktif : 5.528 orang InvestasiIndustri
minyak goreng kl: Rp.329,6 MIndustri kelapa parut
: Rp.83,9 MIndustri karbon aktif : Rp.1.118,7 M Ekspor
(tahun 2005)Minyak kelapa : US$ 458,63 JtMinyak goreng kelapa : US$ 60,83
JtDesiccated coconut : US$ 23,63 Jt2.2. Faktor Kondisi (Input)a. Sumber Daya
AlamKetersediaan lahan masih luas.Produktivitas kelapa masih rendah 1,2 ton
setara kopra per hektar per tahun.Kepemilkan lahan usaha tani sangat sempit,
rata-rata 0.5 ha per keluarga petani dan tersebar dengan pola usaha mono
kultur.b. Sumber Daya ModalTerbatasnya dukungan dana dari perbankanSuku bunga
yang kurang kompetitifc . Sumber Daya Manusia Tersedia tenaga terampil,
terutama di sektor perkebunan.Terbatasnya tenaga trampil di industri oleokimia,
bioteknologi dan biomasa.d. Infrastruktur Kurang memadainya kondisi pelabuhan,
sarana dan prasarana transportasi. Biaya logistik kurang kompetitif Rantai
perdagangan relatif panjang.2.3. Industri Inti, Pendukung dan Terkait a. Industri inti, meliputi : Industri berbasis
daging kelapa, terutama Industri minyak kelapa.b. Industri terkait, meliputi
Industri minuman, Industri berbasis sabut dan tempurung kelapa, industri
furniture.c. Industri pendukung, meliputi : Industri mesin-mesin dan peralatan,
perbengkelan, pengemasan.2.4. Strategi Pengusahaan dan PerusahaanSeiring dengan
perkembangan waktu, saat ini Indonesia telah dihasilkan aneka produk berbasis
kelapa seperti Tepung Kelapa, Kelapa parut, Santan dalam Kemasan, VCO, Nata de Coco,
Konsentrat Air Kelapa, Arang Batok, Carbon Active, Sabut dan lain-lain.
Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2005 tercatat 564 perusahaan pengolahan
berbasis kelapa (umumnya industri minyak kelapa) di Indonesia. Jumlah tersebut
diperhitungakan meningkat pada tahun 2007 karena adanya krisis minyak goreng
sawit di dalam negeri.Adapun Persebaran industri pengolahan berbasis kelapa
tahun 2005 adalah sebagai berikut :III. ANALISIS SWOT
3.1. Kekuatan
o Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia,
dengan areal tanaman sekitar 3,88 juta ha dan produksi tahun 2005 sekitar 3,2
juta ton setara kopra
o Kelapa dapat tumbuh hampir diseluruh wilayah
Indonesia, karena tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk tumbuhnya
o Banyak produk industri yang dapat dihasilkan dari pengolahan
kelapa, antara lain : cocochemical, cocofiber, minyak goreng kelapa, desiccated
coconut, nata decoco, arang aktif, dll.
o Tersedianya banyak tenaga kerja, baik untuk sektor
perkebunan maupun sektor industrinya
3.2. Kelemahan
o Perkebunan kelapa sebagian besar merupakan perkebunan
rakyat dengan penguasaan lahan relatif kecil rata-rata 0,5 hektar per keluarga
petani, dengan produktivitas sangat rendah
o Sepertiga tanaman kelapa di Indonesia dalam kondisi
tua dan tidak produktif • Diversifikasi produk dengan nilai tambah tinggi
kurang berkembang 3.3. Peluang
o Permintaan thd produk-produk berbasis kelapa, baik di
pasar domestik maupun dunia masih cukup prospektif
o Permintaan (demand) thd produk-produk kelapa olahan
dengan nilai tambah tinggi terus meningkat
o Adanya upaya yang terus menerus untuk melakukan
penelitian dalam rangka diversifikasi dan pengembangan produk-produk berbasis
kelapa
3.4. Tantangan
o Persaingan dengan produk vegetable oil lainnya,
terutama minyak kelapa sawit.
o Banyak pohon kelapa sudah berusia tua (tidak
produktif), tetapi replantasi berjalan tersendat/lamban, bahkan banyak
perkebunan kelapa yang beralih fungsi.
o Saingan dengan Philipina yang lebih dahulu
mengembangkan industri berbasis kelapa.
o Penguasaan pasar oleh MNC menyulitkan pemasaran
turunan kelapa.
IV. SASARAN
4.1. Jangka Menengah (2010 – 2014)
o Diprosesnya kelapa menjadi produk olahan kelapa yang
mempunyai nilai tambah tinggi
o Produk sudah mengacu pada standardisasi seperti SNI,
CODEX dll.
o Pengembangan (modifikasi) teknologi pengolahan kelapa
o Pencegahan ekspor kelapa bulat (belum diolah)
o Peningkatan utilitas kapasitas produksi pengolahan
kelapa rata-rata 5% per tahun
o Terjaminnya ketersediaan bahan baku dan penolong
o Penyerapan tenaga kerja
o Peningkatan ekspor produk pengolahan kelapa rata-rata
5% per tahun
o Terbangunnya citra merk Indonesia di pasar
internasional
o Penyebaran sentra produksi di luar Sulawesi Utara dan
Riau
o Terjaminnya infrastruktur seperti peti kemas, energi
listrik dan trasportasi
o Peningkatan iklim investasi
o Deregulasi kebijakan Pemerintah Pusat
4.2. Jangka Panjang (2015 – 2025)
o Terbangunnya sentra produksi baru di luar Riau dan
Sulawesi Utara yaitu antara lain di Kalimantan Barat dan Lampung
o Dicapainya diversifikasi produk olahan kelapa
o Berkembangnya industri pengolahan kelapa secara
terpadu di Indonesia
V. STRATEGI DAN KEBIJAKAN
5.1. Visi dan Arah Pengembangan Industri Pengolahan
Kelapa
Visi
untuk mewujudkan industri minyak kelapa yang berdaya saing Strategi dan
kebijakan penegmbangan industri perkelapaan antara lain :
o Peningkatan pengelolaan permintaan (penetrasi pasar,
diversifikasi produk, pengembangan jalur distribusi, quick response kepada
konsumen).
o Peningkatan produksi dan teknologi (supply chain
management, manajemen sumber daya)
o Teknologi informasi
o Peningkatan ketrampilan, profesionalisme dan
kompetensi (pengembangan dan perencanaan SDM)
o Strategi pemasaran melalui promosi yang intensif
5.2. Indikator Pencapaian
Posisi
industri minyak goreng pada tahun 2004 berjumlah 60 unit usaha, tenaga kerja
yang terserap sebanyak 2.525 orang, nilai investasi Rp. 129.332 juta, kapasitas
857.235 ton, produksi 415.759 ton sedangkan posisi industri minyak goreng pada
tahun 2008 berjumlah 72 unit usaha, tenaga kerja yang terserap sebanyak 2.725
orang, nilai investasi Rp. 187.622 juta, kapasitas 1.049.683 ton dan produksi
mencapai 545.835 ton.
5.3. Tahapan Implementasi
o Melakukan workshop pengembangan klaster pengebangan
industri pengolahan kelapa di Propinsi Sulawesi Utara tahun 2006, 2007, 2008
dan 2009
o Pelaksanaan Workshop melibatkan stakeholder yang
terkait dalam rangka sosialisasi klater industri kelapa
o Pembinaan industri pengolahan kelapa meliputi
peningkatan mutu dan standardisasi
VI. PROGRAM/RENCANA AKSI
6.1. Jangka Menengah (2010 – 2014)
o Mengintegrasikan hasil kebun kelapa rakyat untuk bahan
baku industri yang dapat diandalkan.
o Optimalisasi pemanfaatan bahan baku.
o Promosi investasi.
o Meningkatkan mutu kopra dan minyak kelapa.
o Meningkatkan kerjasama multilateral melalui forum
Asian and Pacific Coconut Community (APPC)
o Membangun Balai Besar Industri Pengolahan Kelapa
(indikasi di Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku dan Papua)
6.2. Jangka Panjang (2015 – 2025)
o Pengembangan produk-produk coco-chemical
o Berkembangnya industri hilir/turunan dari produk
coco-chemical
VII. KELEMBAGAAN
Instansi
terkait yang terlibat dalam pengembangan industri kelapa meliputi : Ditjen
Perkebunan Deptan, Litbang (BBIA, Baristan) Perguruan Tinggi,
sumber
No comments:
Post a Comment