Bagaimana Bakteri Dapat Menyebabkan Penyakit
Bakteri patogen dapat memasuki tubuh dalam banyak cara, seperti melalui mulut atau melalui luka di kulit. Jika Bakteri itu dapat “cukup” berkembang biak, mereka dapat menyebabkan infeksi. Infeksi dapat disebabkan oleh Bakteri itu sendiri, atau oleh racun (yang disebut toksin) yang dihasilkan. Beberapa toksin, seperti yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, lebih berbahaya daripada Bakteri itu sendiri. Selain pada hewan, tanaman juga rentan terhadap infeksi Bakteri. Streptococcus dan Staphylococcus adalah bagian dari mikrobiota normal kulit, pada kondisi normal mereka hidup di area saluran pernafasan (nasofaring) dan tidak menganggu kita. Tetapi, Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi kulit dan dapat menyebabkan sepsis, pneumonia, meningitis. Infeksi ini dapat menyebabkan vasodilatasi masif, shock, dan kematian.
Spesies Bakteri tertentu dapat menyebabkan infeksi di mana-mana (generalis), sedangkan yang lainnya hanya dapat menyebabkan infeksi di daerah tubuh yang spesifik (spesialis). Bakteri juga dapat merugikan tubuh dengan berbagai cara, yaitu: [1]
1. Merampas Nutrisi
Bakteri juga membutuhkan nutrisi untuk tumbuh, untuk mengambil nutrisi “gratis” mereka kemudian mengambilnya dari tubuh inang. Zat besi misalnya, dibutuhkan oleh manusia dan juga Bakteri. Untuk mendapatkan zat besi dalam tubuh manusia, beberapa patogen mensekresikan protein yang disebut siderophores, yang mengambil zat besi dari protein pembawa zat besi.
Bakteri juga membutuhkan nutrisi untuk tumbuh, untuk mengambil nutrisi “gratis” mereka kemudian mengambilnya dari tubuh inang. Zat besi misalnya, dibutuhkan oleh manusia dan juga Bakteri. Untuk mendapatkan zat besi dalam tubuh manusia, beberapa patogen mensekresikan protein yang disebut siderophores, yang mengambil zat besi dari protein pembawa zat besi.
2. Kerusakan Langsung
Setelah patogen menempel pada sel inang, mereka dapat langsung menyebabkan kerusakan, karena patogen menggunakan sel inang untuk memperoleh nutrisi dan menghasilkan kotoran sisa. Patogen juga berkembang biak dan membelah di dalam sel inang, sehingga sel tersebut akan pecah dan mengeluarkan Bakteri interseluler. Beberapa bakteri seperti E. coli, Shigella, Salmonella, dan Neisseria gonorrhoeae, dapat mempengaruhi epitel sel inang untuk menelan mereka dalam proses yang menyerupai fagositosis. Kemudian setelah mereka dapat lewat, patogen tersebut akan melakukan proses “fagositosis terbalik” sehingga dimuntahkan lagi di dalam sel inang tersebut. Ini menyebabkan Bakteri dapat memasuki sel-sel inang dengan bebas. Beberapa Bakteri juga dapat mengeluarkan enzim untuk melakukan penetrasi langsung ke dalam sel inang, penetrasi ini akan membuat kerusakan pada sel inang.
Setelah patogen menempel pada sel inang, mereka dapat langsung menyebabkan kerusakan, karena patogen menggunakan sel inang untuk memperoleh nutrisi dan menghasilkan kotoran sisa. Patogen juga berkembang biak dan membelah di dalam sel inang, sehingga sel tersebut akan pecah dan mengeluarkan Bakteri interseluler. Beberapa bakteri seperti E. coli, Shigella, Salmonella, dan Neisseria gonorrhoeae, dapat mempengaruhi epitel sel inang untuk menelan mereka dalam proses yang menyerupai fagositosis. Kemudian setelah mereka dapat lewat, patogen tersebut akan melakukan proses “fagositosis terbalik” sehingga dimuntahkan lagi di dalam sel inang tersebut. Ini menyebabkan Bakteri dapat memasuki sel-sel inang dengan bebas. Beberapa Bakteri juga dapat mengeluarkan enzim untuk melakukan penetrasi langsung ke dalam sel inang, penetrasi ini akan membuat kerusakan pada sel inang.
3. Produksi Toksin
Toksin adalah zat beracun yang diproduksi oleh Bakteri tertentu dan sering menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap sifat patogen Bakteri. Toksin dapat dilepaskan ketika Bakteri lisis (mati), inilah mengapa pada pengobatan dengan antibiotik, awalnya gejala akan semakin parah, karena banyak Bakteri yang mati dan mengeluarkan toksin. Toksin dapat diklasifikasikan sebagai eksotoksin atau endotoksin. Eksotoksin adalah toksin yang dihasilkan dan secara aktif disekresikan, sedangkan endotoksin adalah toksin pada bagian membran luar dari bakteri. Biasanya, endotoksin tidak dikeluarkan sampai Bakteri dibunuh oleh sistem kekebalan tubuh. Toksinosis adalah perkembangan penyakit yang disebabkan hanya oleh toksin Bakteri, tidak harus melibatkan infeksi bakteri (misalnya ketika Bakteri telah mati, tapi sudah menghasilkan toksin yang tertelan). Keadaan ini dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus. [2]
Toksin adalah zat beracun yang diproduksi oleh Bakteri tertentu dan sering menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap sifat patogen Bakteri. Toksin dapat dilepaskan ketika Bakteri lisis (mati), inilah mengapa pada pengobatan dengan antibiotik, awalnya gejala akan semakin parah, karena banyak Bakteri yang mati dan mengeluarkan toksin. Toksin dapat diklasifikasikan sebagai eksotoksin atau endotoksin. Eksotoksin adalah toksin yang dihasilkan dan secara aktif disekresikan, sedangkan endotoksin adalah toksin pada bagian membran luar dari bakteri. Biasanya, endotoksin tidak dikeluarkan sampai Bakteri dibunuh oleh sistem kekebalan tubuh. Toksinosis adalah perkembangan penyakit yang disebabkan hanya oleh toksin Bakteri, tidak harus melibatkan infeksi bakteri (misalnya ketika Bakteri telah mati, tapi sudah menghasilkan toksin yang tertelan). Keadaan ini dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus. [2]
Bakteri Penyebab Penyakit
Spesies | Pewarnaan Gram | Penyakit yang Ditimbulkan |
---|---|---|
Bacillus anthracis | Positif | Anthraks |
Bordetella pertussis | Negatif | Batuk rejan |
Borrelia burgdorferi | Negatif* (diderm) | Penyakit Lyme |
Campylobacter jejuni | Negatif | Enteritis, diare berdarah |
Chlamydia pneumoniae | Negatif | Walking pneumonia |
Clostridium tetani | Positif | Tetanus |
Corynebacterium diptheriae | Positif | Dipteri |
Escherichia coli | Negatif | Diare |
Haemophilus influenzae | Negatif | Meningitis bakteri, pneumonia, bronkitis |
Leptospira | Negatif | Leptospirosis |
Mycobacterium leprae | Positif | Lepra |
Mycobacterium tuberculosis | - | TBC |
Neisseria gonorrhoeae | Negatif | Gonorrhea |
Neisseria meningitidis | Negatif | Meningitis |
Salmonella typhi | Negatif | Tifus |
Shigella dysenteriae | Negatif | Disentri |
Staphylococcus aureus | Positif | Infeksi kulit, sepsis, pneumonia, meningitis |
Treponema pallidum | Negatif | Sifilis |
Vibrio cholerae | Negatif | Kolera |
Yersinia pestis | Negatif | Pes |
Spesies | Pewarnaan Gram | Penyakit yang Ditimbulkan |
---|---|---|
Bacillus anthracis | Positif | Anthraks |
Mycobacterium bovix | - | TBC pada ternak |
Mycobacterium paratuberculosis | - | Johne's disease pada ternak |
Clostridium chauvoei | Positif | Penyakit "blackleg" pada ternak |
Spesies | Pewarnaan Gram | Penyakit yang Ditimbulkan |
---|---|---|
Pseudomonas syringae | Negatif | Penyakit pada berbagai tanaman, seperti tomat dan kacang-kacangan |
Ralstonia solanacearum | Negatif | Layu pada berbagai tanaman, seperti kentang, tomat, terong, dan pisang |
Agrobacterium tumefaciens | Negatif | Tumor pada berbagai tanaman, seperti apel, ceri, pear, dahlia, dll. |
Xanthomonas oryzae pv. oryzae | Negatif | Busuk serius pada beras, rumput dan alang-alang lainnya |
Xanthomonas campestris | Negatif | Bintik pada berbagai tanaman |
Xanthomonas axonopodis | Negatif | Kanker citrus |
Erwinia amylovora | Negatif | Fire blight pada apel, pear dan beberapa anggota family Rosaceae |
Xylella fastidiosa | Negatif | Penyakit Pierce pada pohon anggur, CVC pada jeruk |
(Dari berbagai sumber)
Vaksin, Antitoksin, dan Antibiotik
Pada tahun 1796, Edward Jenner menggunakan cowpox untuk menciptakan kekebalan tubuh terhadap smallpox. Kesuksesan Edward membuat praktik ini meluas, sehingga ia sering dikatakan sebagai penemu vaksin. Kemudian, vaksin generasi kedua diperkenalkan oleh Louis Pasteur pada tahun 1880-an. Pasteur mengembangkan vaksin untuk kolera ayam, antraks, dan rabies. [3] Tetapi apa sebenarnya dan bagaimana cara kerja vaksin?
Vaksin dapat diproduksi untuk melindungi manusia dan hewan dari infeksi Bakteri patogen dan toksin tertentu. Vaksin yang melawan infeksi Bakteri biasanya dibuat dengan membunuh atau melemahkan spesimen Bakteri patogen yang kemudian dilarutkan. Ketika disuntikkan ke dalam tubuh, zat tersebut merangsang sistem kekebalan tubuh seseorang untuk membentuk antibodi terhadap Bakteri, sehingga melindungi seseorang untuk menjadi sakit ketika terjadi infeksi di masa depan.
Berbeda dengan vaksin, suntikan antitoksin mengandung antibodi yang telah dibentuk sebelumnya. Zat ini disiapkan dengan menyuntikkan toksin Bakteri ke dalam hewan hidup. Darah kemudian dikumpulkan dan serum dipisahkan dari darah dengan proses kimia. Antitoksin bekerja lebih cepat daripada vaksin, tapi perlindungan biasanya bertahan tidak lebih dari beberapa minggu atau beberapa bulan. Lain halnya dengan toksin, vaksin dapat melindungi selama satu tahun atau lebih. [4]
Infeksi Bakteri dapat diobati dengan antibiotik, yang diklasifikasikan sebagai bacteriosidal jika mereka membunuh Bakteri atau bakteriostatik jika mereka hanya mencegah pertumbuhan Bakteri. Beberapa jenis mikroorganisme mengeluarkan zat antibiotik yang dapat menghancurkan mikroba lainnya. Penisilin adalah produk dari jamur, sedangkan Basitrasin dan polimiksin dibuat oleh bakteri. Banyak antibiotik yang secara luas digunakan, seperti streptomisin, neomisin, eritromisin, dan tetrasiklin, berasal dari anggota dari genus Streptomyces, adalah sekelompok Bakteri tanah dengan karakteristik seperti jamur. [4]
sumber
sumber
No comments:
Post a Comment