PROSES PRODUKSI BIOETHANOL BONGGOL PISANG
Latar Belakang
n Menipisnya
cadangan bahan bakar fosil dan meningkatnya populasi manusia sangat
kontradiktif dengan kebutuhan energi bagi kelangsungan hidup manusia beserta
aktivitas ekonomi dan sosialnya.
n Sejak
lima tahun terakhir, Indonesia mengalami penurunan produksi minyak nasional
akibat menurunnya cadangan minyak pada sumur-sumur produksi secara alamiah,
padahal dengan pertambahan jumlah penduduk, meningkat pula kebutuhan akan
sarana transportasi dan aktivitas
industri.
Tanaman Pisang
n Pisang (Musa paradisiacal) adalah
tanaman buah berupa
herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara
n Tanaman
ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah.
Pisang di Jawa Barat disebut dengan cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan
gedang.
n Hampir
di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat produksi
pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon.
n Pisang
umumnya dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000
m dpl. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan
curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering
(Rismunandar, 1990).
Taksonomi tanaman pisang adalah sebagai berikut (Rismunandar,
1990).
n
Kingdom : Plantae
n
Devisi : Spermatophyta
n
Sub. divisi : Angiospermae
n
Kelas : Monocotylae
n
Bangsa : Musales
n
Suku : Musaceae
n Marga : Musa
n
Jenis : Musa paradisiaca
Manfaat bagian-bagian dari tanaman Pisang
n Buah
pisang
sebagai sumber berbagai macam mineral dan vitamin yang bermanfaat bagi manusia.
Kandungan mineral dan vitamin
yang
berperan antara lain kalium,
magnesium,
fosfor, besi, vitamin C dan B kompleks yang aktif sebagai neurotransmitter
dalam kelancaran fungsi otak.
n
Daun pisang
biasa
digunakan sebagai pembungkus bahan makanan, karena dengan membungkus makanan
dengan menggunakan daun pisang akan menambah
cita rasa dalam makanan tersebut contoh bahan
makanan
yang sering menggunakan daun pisang sebagai pembungkus adalah tempe.
n
Batang pisang
dapat
digunakan sebagai bahan dasar kertas daur ulang, dan digunakan sebagai bahan
untuk pakan ternak
n
Jantung pisang
dapat
digunakansebgai bahan makanan seperti dendeng jantung pisang
n
Kulit pisang
ternyata
dapat dimanfaatkan sebgai produk olahan makanan seperti nata dan roti.
n
Bagian bonggol pisang
bermanfaat
sebagai bahan baku obat dengan cara diambil airnya yang mampu mengobati
penyakit disentri, pendarahan usus, obat kumur serta untuk memperbaiki
pertumbuhan dan menghitamkan rambut (Rosdiana, 2009).
Bonggol Pisang
Dapat dimanfaatkan untuk diambil patinya, pati ini
menyerupai pati tepung sagu dan tepung tapioka.
Bonggol
pisang memiliki komposisi yang terdiri dari 76% pati, 20% air. (Yuanita dkk,
2008).
Potensi
kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai alternatif
bahan bakar yaitu, bioetanol. Bahan berpati yang digunakan sebagai bahan baku
bioetanol disarankan memiliki sifat yaitu berkadar pati tinggi, memiliki
potensi hasil yang tinggi, fleksibel dalam usaha tani dan umur panen
(Prihandana, 2007).
Pati
n Pati
adalah salah satu jenis polisakarida yang amat
luas tersebar di alam. Pati disimpan oleh tanaman sebagai cadangan makanan di
dalam biji buah maupun di dalam umbi batang dan umbi akar.
n Pati
merupakan polimer dari glukosa atau maltosa. Unit terkecil dari rantai pati
adalah glukosa yang merupakan hasil fotosintesis di dalam bagian tubuh
tumbuh-tumbuhan
yang mengandung klorofil. Pati tersusun atas ikatan a- Dglikosida.
n Molekul
glukosa pada pati dan selulosa hanya berbeda dalam bentuk ikatannya, a dan b, namun sifat-sifat kimia kedua senyawa ini
sangat jauh berbeda (Trifosa, 2007).
Proses
Hidrolisis Pati
n Proses
hidrolisis pati yaitu pengubahan molekul pati menjadi monomernya atau unit-unit
penyususnya seperti glukosa. Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan bantuan
asam atau
enzim
pada suhu, pH, dan waktu reaksi tertentu.
n Pemotongan
rantai pati oleh asam lebih tidak teratur dibandingkan dengan hasil pemotongan
rantai pati oleh enzim. Hasil pemotongan oleh asam adalah campuran dekstrin,
maltosa dan glukosa, sementara enzim bekerja secara spesifik sehingga hasil
hidrolisis dapat dikendalikan (Trifosa, 2007).
n Enzim
yang dapat digunakan dalam proses hidrolisis pati adalah amilase. Enzim amilase
merupakan endoenzim yang menghidrolisis ikatan a- 1,4- glukosida secara spesifik.
Bioethanol
n Bioetanol
(C2H5OH) adalah cairan dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat
menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007).
n Bioetanol
dapat juga diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan
yang mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol
merupakan bahan bakar dari minyak
nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium (Khairani, 2007).
Bahan baku pembuatan bioetanol ini dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu:
a. Bahan sukrosa
Bahan
- bahan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain nira, tebu, nira nipati,
nira sargum manis, nira kelapa, nira aren, dan sari buah mete.
b.
Bahan berpati
Bahan
- bahan yang termasuk kelompok ini adalah bahan - bahan yang mengandung pati
atau karbohidrat. Bahan - bahan tersbut antara lain tepung – tepung ubi
ganyong, sorgum biji, jagung, cantel, sagu, ubi kayu, ubi jalar, dan lain -
lain.
c. Bahan berselulosa
(lignoselulosa )
Bahan
berselulosa (lignoselulosa) artinya adalah bahan tanaman yang mengandung
selulosa (serat), antara lain kayu, jerami, batang pisang, dan lain- lain.
Berdasarkan
ketiga jenis bahan baku tersebut, bahan berselulosa merupakan bahan yang jarang
digunakan dan cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini karena adanya lignin yang
sulit dicerna sehingga proses pembentukan glukosa menjadi lebih sulit
(Khairani, 2007).
Kegunaan
Bioethanol
n Bioetanol
secara umum dapat digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol,
campuran bahan bakar untuk kendaraan. Grade bioetanol harus berbeda sesuai
dengan pengunaanya. Bioetanol yang menpunyai grade 90% - 96,5% volume digunakan
pada industri, grade 96% - 99,5% digunakan dalam campuran untuk miras dan bahan
dasar industri farmasi. Besarnya grade bioetanol yang dimanfaatkan sebagai
campuran bahan bakar untuk kendaraan harus betul – betul kering dan anhydrous supaya tidak menyebabkan korosi, sehingga
bioetanol harus mempunyai grade sebesar 99,5% - 100% (Khairani, 2007).
n Bioetanol
yang digunakan sebagai bahan bakar mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya
lebih ramah lingkungan, karena bahan bakar tersebut memiliki nilai oktan 92
lebih tinggi dari premium nilai
oktan 88, dan pertamax nilai oktan 94.
n Hal
ini menyebabkan bioetanol dapat menggantikan fungsi zat aditif yang sering
ditambahkan untuk memperbesar nilai oktan. Zat aditif yang banyak digunakan
seperti metal tersier butil eter dan Pb, namun zat aditif tersebut sangat tidak
ramah lingkungan dan bisa bersifat toksik. Bioetanol juga merupakan bahan bakar
yang tidak mengakumulasi gas karbon dioksida (CO2) dan relatif kompetibel
dengan mesin mobil berbahan bakar bensin. Kelebihan lain dari bioetanol ialah cara pembuatannya yang sederhana yaitu
fermentasi menggunakan mikroorganisme tertentu
(Mursyidin,2007).
Fermentasi
n Proses
fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam
amino secara aerobik, yaitu tanpa memerlukan
oksigen.
n Senyawa
yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat,
sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fardiaz, 1992).
n Prinsip
dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu dengan tujuan
mengubah sifat bahan agar dihasilkan suatu yang bermanfaat (Widayati dan
Widalestari, 1996). Perubahan tersebut karena dalam proses fermentasi jumlah
mikroba diperbanyak dan digiatkan metabolismenya didalam bahan tersebut dalam
batas tertentu (Santoso, 1989).
n Kandungan
pati bonggol pisang sebesar 76 %, sehingga memiliki potensi yang besar sebagai
sumber bioetanol
(C6H12O5)n
pati
N C6H12O6
|
glukosa
(C6H12O6)n 2C2H5OH + 2 CO2
Glukosa etanol
Proses
pembuatan bioetanol melalui beberapa tahap yaitu isolasi pati, hidrolisis pati
menjadi glukosa, fermentasi atau perubahan glukosa menjadi etanol atau
bioetanol, dan destilasi bioetanol
1. Isolasi pati bonggol
pisang
n Bonggol
pisang sebagai bahan baku pati dikupas dan
dibersihkan dari kotoran. Bonggol pisang kemudian dipotong kecil-kecil lalu
dikeringkan dengan cara
dijemur dan
diangin-anginkan sampai kering. Bonggol pisang dibuat kering bertujuan agar
lebih awet dan menghilangkan kandungan airnya sehingga diperoleh bonggol yang
kering dan dapat disimpan sebagai cadangan bahan baku (Anonim, 2008).
n Bonggol
pisang kering digiling dengan mesin penggiling atau ditumbuk dengan penumbuk
sehingga menjadi serbuk halus. Serbuk bonggol pisang lalu disaring atau diayak
sehingga diperoleh pati yang homogen.
2. Hidrolisis pati menjadi glukosa
n Tahap
ini merupakan tahap yang paling penting dalam proses pembuatan bioetanol,
karena proses ini menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan untuk kemudian
dilakukan fermentasi menjadi bioetanol. Menurut Musanif (2008),
n Prinsip
hidrolisis pati adalah pemutusan rantai polimer pati menjadi unit-unit
dekstrosa atau monosakarida yaitu glukosa (C6H12O6). Pemutusan ikatan pada pati
atau karbohidrat menjadi glukosa dapat menggunakan beberapa metode diantaranya
yaitu metode kimiawi (hidrolisis asam) dan metode enzimatis (hidrolisis enzim).
3. Fermentasi glukosa menjadi bioetanol
n Proses
hidrolisis pati dengan metode enzimatis dan metode katalis asam akan
menghasilkan glukosa sebagai bahan pembuatan bioetanol. Bioetanol yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk mengatasi
krisis energi. Pembuatan bioetanol dari glukosa melibatkan proses fermentasi.
n Fermentasi
adalah perubahan 1 mol glukosa menjadi 2 mol etanol dan 2 mol CO2. Proses
fermentasi dilakukan dengan menambahkan yeast atau ragi untuk mengkonversi
glukosa menjadi bioetanol yang bersifat anaerob yaitu, tidak memerlukan oksigen (O2).
4. Destilasi Bioetanol
n Bioetanol
hasil proses fermentasi dipisahkan dengan cara disaring, kemudian filtrat
didestilasi sehingga dapat dihasilkan bioetanol yang bebas dari kontaminan atau
pengotor yang terbentuk selama proses fermentasi. Bioetanol yang dihasilkan
dari destilasi pertama biasanya memiliki kadar sebesar 95 %.
n Menurut
Musanif (2008), destilasi merupakan proses pemisahan komponen berdasarkan titik
didihnya, titik didih etanol murni
sebesar 78oC, sedangkan air adalah 100oC, dengan pemanasan larutan pada suhu
rentang 78 - 100oC akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan
melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan
konsentrasi
95 % volume. Bioetanol dengan konsentrasi 95 % belum dapat dijadikan sebagai
bahan bakar.
n Menurut
Nurdyastuti (2008), bioetanol yang digunakan sebagai campuran bahan bakar untuk
kendaraan harus benar-benar kering dan anhydrous supaya tidak korosif, sehingga bioetanol harus mempunyai grade sebesar
99,5 – 100 % volume.
n Oleh
karena itu, bioetanol hasil destilasi harus ditambahkan suatu bahan yang dapat
menyerap atau menarik kandungan air yang masih terdapat dalam bioetanol, bahan
yang sering digunakan diantaranya yaitu, CaCO3, dan zeolit atau dilakukan destilasi vakum, sehingga dapat
dihasilkan bioetanol yang lebih murni yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar.
n Bioetanol
memiliki banyak manfaat karena dicampurkan dengan bensin pada komposisi
berapapun memberikan dampak yang positif dalam mengurangi emisi yang dihasilkan
oleh bahan bakar minyak (bensin). Pencampuran bioetanol absolut sebanyak 10 %
dengan bensin 90 % sering disebut gasohol E-10 yang memiliki angka oktan 92
dibanding dengan premium hanya 87-88. Bioetanol dikenal sebagai octan enhancer
(aditif) yang paling ramah lingkungan dibandingkan Tetra Ethyl Lead (TEL)
maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE) (Anonim, 2008).
sumber
sumber
No comments:
Post a Comment