Pesatnya pertumbuhan pasar dan kebutuhan masyarakat internasional telah membuat ganja varietas hemp (Cannabis sativa) menjadi suatu komoditas pertanian baru yang laku di pasar dunia. Naik daunnya ganja dikarenakan perusahaan ganja membuat industri ini menjadi semakin kompetitif dengan konvergensi ekuitas swasta dan pasar modal yang terus meningkat.
Menurut lembaga riset Cowen, tercatat sepanjang tahun 2018 bisnis yang terjadi dari penjualan retail produk CBD (Cannabidiol) di pasar Amerika Serikat telah mencapai kisaran 600 juta hingga 2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 8,4 hingga 28 triliun. Bisnis industri hemp diperkirakan secara konservatif oleh beberapa bank di dunia akan menembus angka penjualan sekitar 16 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 224 triliun. Pencapaian industri hemp berbentuk produk CBD dalam penjualannya sepanjang tahun 2018 melampaui anggaran kesehatan Indonesia yang mencapai Rp 123 triliun untuk tahun 2019.
Di tempat lain, lembaga riset pasar investasi ganja ArcView Group dan lembaga data BDS Analytics mencatat angka penjualan ganja menembus 15 dolar AS atau setara dengan Rp 210 triliun sepanjang tahun 2019, dilansir dari leaderbulletin.com.
Angka penjualan ganja terbilang fantastis. Hal ini dapat dicapai melalui penjualan tumbuhan hemp dalam bentuk produk kesehatan, makanan, minuman, kosmetik kecantikan, dan masih banyak produk lainnya.
Berbicara soal ganja varietas hemp tidak terlepas dari salah satu kandungan ajaibnya yaitu CBD. Kandungan yang terdapat di dalam CBD berguna untuk mengatasi berbagai gejala pada tubuh manusia. Kegunaannya yang dapat mengatasi berbagai gejala, membuat produk CBD laku di pasaran serta menjadi salah satu bisnis yang sangat lukratif.
Masifnya lonjakan angka penjualan produk CBD menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengusaha dan investor dalam mengembangkan dan memanfaatkan industri hemp.
Superior Bio Science (SBS) asal Ironwood, Michigan merupakan salah satu perusahaan yang telah berinvestasi secara besar-besaran dalam upaya mengembangkan industri hemp. Pada musim tanam 2019, tidak kurang dari lahan seluas 800 acre atau sekitar 324 hektare telah ditanami hemp. Dalam pengolahannya (extraction), SBS telah memfasilitasi dua pabrik serta memiliki jaringan ritel yang luas di Amerika Serikat.
Keterangan: foto ladang hemp dikawasan Midwest milik Superior Bio Science seluas 324 hektare
Produk utama yang ditawarkan oleh SBS adalah isolat cannabidiol (CBD) yang berbentuk bubuk kristal murni. Produk lain yang dijual oleh SBS meliputi produk CBD mentah grosir, distilasi, dan ritel produk-produk berbasis minyak (oil). SBS sendiri adalah produsen minyak CBD terbesar di Midwest dan saat ini memiliki jumlah lahan penanaman hemp terbesar di kawasan tersebut.
Keterangan: foto isolat CBD (bubuk kristal)
Keterangan: foto produk minyak CBD
SBS yang merupakan salah satu produsen minyak CBD terbesar ini ternyata dipimpin oleh pengusaha kelahiran asal Indonesia. Sebagai Chief Executive Officer (CEO), Romy Sembiring membangun SBS untuk menjadi salah satu perusahaan manufaktur dan pengolahan hemp terbesar di Amerika Serikat.
Romy Sembiring pengusaha kelahiran Indonesia ini telah terlibat di dalam industri hemp selama bertahun-tahun. Sebelumnya, Romy Sembiring telah mendirikan CBDRX Inc yang merupakan perusahaan marketing penjualan produk-produk berbasis CBD.
Berangkat dari pengalaman sebelumnya, membuat Romy bersemangat menciptakan ekosistem produk berbasis hemp terutama dalam mengolah CBD menjadi produk suplemen yang ditujukan untuk mengatasi berbagai gejala dalam tubuh manusia. Gejala yang dapat diatasi seperti nyeri sendi, epilepsi, kanker, anxiety, dan penyakit lainnya yang dapat diatasi oleh produk CBD.
“Banyak dari masyarakat Indonesia tidak menyadari betapa bermanfaatnya tanaman ganja melebihi ‘ganja’ (penggunaan ganja yang berisfat rekreatif atau giting). Saya pikir kita perlu meminta perizinan untuk penelitian lebih lanjut maupun mendapatkan bahasan lebih yang berkaitan dengan ganja medis,” ujar Romy di kantor Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (16/8/2019).
“Kita dapat memberikan harapan lebih bagi pengidap penyakit serius yang tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan reguler. Saya dan perusahaan akan merasa terhormat untuk menyediakan sumber daya apapun untuk membantu,” tegas Romy.
Pengalamannya di dalam industri hemp telah membuat Romy hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia akan kegunaan ganja medis. Dengan melihat kontribusi Romy dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dunia akan ganja medis seakan menjadi refleksi tersendiri bagi Indonesia yang sudah seharusnya melihat ganja bukan lagi sebagai substansi yang membahayakan.
sumber
sumber
No comments:
Post a Comment