Pendahuluan
Di Indonesia
pemanfaatan musuh alami yang berupa parasit, predator dan patogen telah lama
dilakukan untuk pengendalian hama. Pengendalian ini sangat baik diterapkan di
tingkat petani karena lebih murah dan dapat berlangsung dalam jangka waktu
cukup lama. Disamping itu juga dapat memberikan keuntungan lain yaitu tidak
menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap lingkungan.
Pada Tanaman
kelapa, Tetrastichus brontispaemerupakan agens hayati yang termasuk golongan
parasitoid, yang menyerang stadium larva tua dan pupa muda dari hama kumbang
janur kelapa (Brontispa longissima) dan kumbang bibit kelapa (Plesispa
reichei). Parasitoid ini merupakan musuh alami yang efektif kedua hama tersebut karena daya parasitasinya
yang tinggi. Pada kondisi laboratorium, parasitoid ini diketahui mampu
memparasit pupaPlesispa sebesar 75% (Tumewan, F., dkk., 1990) dan10% larva instar
akhir dan 60-90% pupa Brontispa longissima
(http://balitka.litbang.deptan.go.id/; Alouw).
Hasil
pengkajian dari BPTP Pontianak dalam beberapa bulan terakhir, parasitoid
Tetrastichus brontispae ini telah diketahui keberadaannya di beberapa tempat di
provinsi Kalimantan Barat antara lain di Kabupaten Pontianak dan di Kabupaten
Kubu Raya. Data ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
pengendalian hayati secara lebih lanjut baik dalam upaya implementasi program
PHT dengan mengkombinasikan berbagai tehnik pengendalian secara terpadu ataupun
untuk kepentingan pemeliharaan efektivitas musuh alami itu sendiri (dalam
bentuk augmentasi maupun konservasi) sehingga pengendalian hama
kumbangBrontispa/Plesispa dalam berjalan baik dan aman.
Untuk lebih
memantapkan status parasitoid Tetrastichus di lapangan maka dilakukan
beberapapengujian untuk mengetahui potensi parasitoid tersebut. diantaranya
adalah melakukan pencacatan tingkat parasitasi alamiah dan pengujian daya
parasitasi parasitoid terhadap pupa kumbang janur kelapa di Laboratorium. Kegiatan
ini juga berguna sebagai bahan pertimbangan saat melakukan penambahan atau
augmentasi parasitoid di suatu lokasi tertentu.
Hasil
pencatatan diketahui semua pupa yang dikumpulkan diketahui parasitoid
Tetrastichus brontispae telah ada di beberapa kebun kelapa di Kalimantan Barat
dengan tingkat parasitasi alamiah yang bervariasi dengan persentase parasitasi
tertinggi ada pada kebun di desa Wajok Hilir sebesar 59,23% dan terendah di
Parit Keladi sebesar 10 % (Rismansyah, Laporan POPT Bulan Januari 2012)
Adapun
kemampuan parasitas parasitoid T. brontispae di laboratorium hingga saat ini
belum diketahui, sehingga dalam hubungan strategi pengendalian hayati terhadap
hama ini, pengelolaan parasit pupa T. brontispae perlu ditelusuri.
Tujuan dari
kegiatan ini selain untuk perbanyakan parasit juga untuk mengetahui
kemampuannya memparasit hama sasaran dan siklus hidupnya agar nanti lebih
memudahkan dalam penelitian di lapang.
Pelaksanaan
Kegiatan Perbanyakan Parasit Pupa Tetrastichus brontispae
Parasit T.
brontispae diperoleh dari lapangan denganmengumpulkan pupa kumbang janur
terinfeksi dan kemudian membawanya ke laboratorium hama.Standar perbanyakan
parasit di laboratorium dilakukan dengan cara:
• Untuk setiap tabung (volume kurang
lebih 130 ml) dimasukkan pupa dan parasit dengan rasio yang telah ditentukan.
Beri makan parasit dengan madu yang telah diencerkan (50%) dengan cara mengoles
pada permukaan kertas lilin secara tipis dan merata
• Infeksikan parasit selama 48 jam (2
hari) sesudah itu pupa dipindahkan dalam tabung bersih lainnya. Tabung yang
berisi parasit dapat digunakan lagi untuk menginfeksi pupa yang sehat. Hal ini
dapat dilakukan sampai parasit mati.
• Pengamatan dilakukan setiap hari untuk
mengetahui daya infeksi parasit dan siklus hidup parasit di laboratorium.
• Parasit yang baru keluar ditempatkan
dalam tabung pipa lain, kemudian kedalam tabung ini dimasukkan pula pupa sehat
untuk diinfeksi.
Gambar 1. T.
brontispae sedang memarasit pupa kumbang janur kelapa
Gambar 2.
Pengujian Kemampuan Parasitoid terhadap pupa Kumbang Janur Kelapa
Hasil
Kegiatan dan Pembahasan
Kegiatan
pengamatan potensi parasitasi parasitoid T. brontispae terhadap pupa kumbang
janur kelapa dilakukan dalam 2 kegiatan yaitu pengamatan banyaknya parasitoid
yang muncul per pupa dan persentase parasitasi pada beberapa rasio populasi
parasitoid dan inangnya.
a. Jumlah
Parasitoid Yang Keluar Per Pupa di Laboratorium
Kegiatan ini
dilaksanakan dengan menghitung jumlah parasitoid yang keluar dari setiap pupa
yang terinfeksi. Caranya adalah dalam setiap tabung reaksi ditempatkan 1 pupa
yang terinfeksi kemudian dilakukan pengamatan dan penghitungan jumlah
parasitoid yang keluar.
Adapun data
parasitoid yang keluar per pupa sebagai berikut:
Tabel 1.
Jumlah Parasitoid per Pupa di Laboratorium
No Pupa Jumlah parasitoid/ulangan Rata2
I II III IV
1 20 25 18 10 18,25
2 19 12 21 14 16,50
3 19 5 13 12 12,25
4 55 5 3 51 28,50
5 21 9 15 8 13,25
6 20 22 15 11 17,00
7 19 1 15 15 12,50
8 17 9 7 8 10,25
9 24 - 22 9 18,33
10 15 - 6 14 11,67
11 32 - 28 - 30,00
jumlah
Parasitoid 261 88 163 152
Pupa 11 8 11 10
rata2 23,73 11,00 14,82 15,20 16,19
Dari tabel
hasil kegiatan diatas dapat dilihat bahwa jumlah parasitoid yang keluar per
pupa bervariasi dengan kisaran rata-rata antara 10,25 – 30 ekor per tabung.
Potensi terbanyak ditemukan jumlah parasitoid yang keluar sebanyak 55 ekor
parasitoid, akan tetapi ada pupa pupa terinfeksi yang tidak keluar parasitoid.
Sedangkan rata-rata untuk semua tabung yang diuji adalah sebanyak 16,19 ekor
parasitoid per pupa.
Menurut
Heroetadji (1989) dalam Alouw dkk (2004)Sekitar 19 parasitoid T. brontispae
menetas per pupaPlesispa dan 6-16 per pupa Brontispa. Sedangkan menurut Alouw
dari 62 contoh pupa terparasit yang
diamati, jumlah imago
parasitoid yang keluar
dari satu pupa
terparasit berkisar antara 7
sampai 41 ekor dengan inang Brontispa longissima.
b. Tingkat
Parasitasi pada berbagai kombinasi kepadatan Populasi Parasitoid dan Inang di
Laboratorium
Hasil
pengamatan tingkat parasitasi parasitoid T. brontispae pada berbagai kombinasi
kepadatan Populasi Parasitoid dan Inang di Laboratorium tercantum pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2.
Rasio Pupa Terinfeksi pada berbagai Kombinasi Kepadatan Populasi Parasitoid dan
Inang
Kode
Perlakuan rasio Prs:Pupa N Jml
Pupa terinfeksi % pupa terinfeksi
A 5:20 1 12 60,0%
B 13:40 1 33 82,5%
C 15:20 1 1 5,0%
D 20:20 23 10,17* 50,9%
E 20:23 1 8 34,8%
F 20:30 1 20 66,7%
G 20:48 1 26 54,2%
H 20:50 3 31* 62,0%
I 21:40 1 35 87,5%
J 22:50 1 24 48,0%
K 24;40 1 27 67,5%
Rata-rata 56,27%
* rasio
perlakuan parasitoid dan pupa sehat (kode D dan H) jumlah pupa terinfeksi
merupakan nilai rata-ratanya
Dari hasil
pengamatan sebagaimana tercantum dalam tabel diatas, dapat diketahui bahwa
persentase pupa terinfeksi bervariasi dari 5 % hingga 87,5% dengan rata-rata
56,27%.
Selama
pengamatan perbanyakan parasit pupakumbang janur menunjukkan hasil yang cukup
memadai yang dapat dilihat dari perkembangan parasit yang dipelihara. Walaupun
demikian tehnik yang diterapkan masih perlu disempurnakan, khususnya dalam
mengeliminir faktor pembatas agar sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pertimbangan ini didasari pada kenyataan yang terlihat di laboratorium dimana
parasit yang baru berkembang tidak mampu bertahan lama dan mengalami kematian.
Selain faktor temparatur yang kurang mendukung, keterbatasan media hidup
merupakan penyebab utama terjadinya mortalitas parasit.
Kesimpulan
Perbanyakan
parasitoid pupa kumbang janur di laboratorium sebagai langkah awal aplikasi
pengendalian hayati di lapang, ternyata memberi hasil yang cukup memadai.
Dari studi
ini diketahui bahwa kemampuan memparasit T. brontispae di laboratorium dapat
mencapai 56,27 % dan jumlah parasitoid yang keluar tiap pupa rata-rata sebanyak
16,19 ekor. Berdasarkan data ini maka pengembangan parasit pupaTetrastichus
brontispae amat potensial untuk dilaksanakan dan dikembangkan di provinsi
Kalimantan Barat.
Literature
F. Tumewan,
S. Sabbatoellah, A.M.E. Kodong dan Soekarjoto. 1990. Tehnik Perbanyakan Parasit
Hama Plesispa reichei di Laboratorium. Buletin Balitka No 11, Mei 1990 hal.
25-28
Jelfina C.
Alouw, F. Tumewan dan M.L.A Hosang.2004. Pengendalian Hayati Hama Kumbang Bibit
Kelapa Plesispa reichei (Chapuis) (Coleoptera: Chrysomellidae). Makalah
Pertemuan Pengembangan Teknologi Perlindungan Perkebunan Regional Kalimantan
T.A. 2004. Proyek Proteksi Tanaman Perkebunan Kalimantan Barat, Pontianak.
2004.
Rismansyah,
Erlan Ardiana. 2012. Evaluasi Lapangan Keberadaan Agens hayati Tetrastichus
brontispae di Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya. Laporan Fungsional POPT Bulan
Januari 2012. BPTP Pontianak.
Sumber :
Rismansyah,
E. A. 2012. Laporan Fungsional POPT Bulan Mei 2012. BPTP Pontianak. Tidak
dipublikasikan
No comments:
Post a Comment