Kabartani.com – Penyakit Busuk Pucuk Kelapa merupakan salah satu faktor penghambat dalam usaha meningkatkan produksi kelapa di Indonesia. Penyakit ini dapat menyebabkan kerugian hasil kelapa hingga mencapai 80% dan diketahui telah menyerang tanaman kelapa di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Aceh, Lampung, dan Maluku.
Penyakit Busuk Pucuk Kelapa disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora. Jamur ini bertahan pada jaringan sakit atau hidup sebagai saprofit pada tanah. Penularan penyakit melalui spora dari tanaman sakit dengan perantaraan air hujan, angin, atau serangga, khususnya kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Selain menyerang kelapa, jamur tersebut dapat juga menyerang tanaman karet, kakao, lada, kina, jeruk dan pepaya.
Gejala Penyakit
Gejala serangan penyakit busuk pucuk dimulai dari daun tombak. Satu persatu helaian anak daun tombak mulai terkulai dan anak daun yang terkulai akan berubah warna menjadi kuning lalu kuning kecoklatan.
Keseluruhan daun tombak akan patah dan terlepas dari tanaman kelapa diikuti oleh daun-daun yang berada dibawah daun tombak. Apabila daun tombak telah terkulai maka hal itu menandakan tanaman kelapa tidak dapat diselamatkan lagi karena bagian titik tumbuh tanaman telah busuk dan hancur.
Jika tanaman ditebang dan dibuka bagian pucuknya, maka akan terlihat jaringan berbercak coklat yang lembek dan berbau busuk yang merupakan ciri khas dari penyakit busuk pucuk.
Pengamatan
Untuk mengetahui keberadaan penyakit Busuk Pucuk bisa dilakukan dengan cara mengamati pohon-pohon kelapa yang menunjukkan gejala serangan, terutama di sekitar pohon yang sudah mati. Lakukan pengamatan bulanan untuk mengetahui ada tidaknya serangan baru.
Pengendalian
- Kultur Teknis
Membuat saluran drainase didalam kebun agar tidak terjadi genangan air pada musim hujan, sehingga kelembaban berkurang. Melakukan pemupukan tanaman untuk meningkatkan kesehatan tanaman kelapa.
- Sanitasi
Membersihkan kotoran atau sampah-sampah organik berupa bunga/buah dan seludang bunga kering di ketiak pelepah daun terutama sebelum musim hujan untuk mengurangi kelembaban.
- Pengendalian Vektor
Membersihkan kebun dari sampah-sampah, pohon kelapa yang lapuk, sisa-sisa penggergajian, dan tumpukan kotoran ternak untuk mengurangi sarang perkembangbiakan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) yang berperan sebagai serangga penyebar jamur penyakit. Mengaplikasikan agens hayati Metarhizium anisopliae pada sarang kumbang.
- Kimiawi
Menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif Fosetyl-Al, Asam Phosphorous dengan infus akar setiap 6 bulan pada awal dan akhir musim hujan. Jumlah tanaman yang diberi perlakuan fungisida adalah minimal 2 baris tanaman atau 16 tanaman di sekeliling tanaman terserang.
Cara infus akar adalah dengan cara menggali tanah ukuran 20 x 20 cm pada radius satu meter dari pangkal batang. Pilih akar aktif dan sehat dengan diameter ±7 mm dan panjang ±20 cm, lalu potong dengan pisau tajam. Masukkan ujung akar tersebut kedalam kantong plastik hingga ke dasarnya, kemudian masukkan fungisida sebanyak 40 ml menggunakan alat ukur.
Ikat permukaan plastik dan usahakan ujung akar selalu pada dasar kantong plastik. Tekan akar tersebut dengan menggunakan ranting bercabang berbentuk V. Tutup lubang dengan menggunakan pangkal pelepah daun kelapa untuk menghindari gangguan ternak atau manusia. Sehari kemudian setelah fungisida habis, lubang ditutup dengan tanah.
- Eradikasi
Menebang pohon kelapa yang terserang atau mati. Bagian pucuk yang terserang dipotong, kemudian dibakar atau dikubur bersama dengan buah-buah yang busuk di sekitarnya dan sebelum lubang ditutup terlebih dahulu ditaburi dengan jamur Trichoderma sp.
Peningkatan Pendapatan Petani
Untuk menambah pendapatan petani setelah eradikasi disarankan melakukan penanaman tanaman sela kecuali tanaman kakao dan lada, karena tanaman tersebut dapat juga sebagai inang jamur Phytophthora palmivora.
Penulis : Admin
Sumber : https://kabartani.com
No comments:
Post a Comment