"Kelapa kopyor itu kelapa muda yang dijual itu /kan? Kelapa yang usianya masih muda banget terus daging buahnya yang empuk banget itu, terus gampang copot dari tempurungnya?"
Begitulah pemahaman salah seorang warga Kota Bogor, Siska Yuniska Megaputri (26 tahun), terhadap kelapa kopyor. Siska tak salah, tapi sebenarnya masih banyak warga yang mengetahui keberadaan kelapa kopyor dengan pemahaman salah.
Padahal, kelapa kopyor merupakan salah satu jenis kelapa asli Indonesia yang mempunyai kualitas tinggi. Kelapa kopyor bukan sekadar kelapa yang berusia muda yang daging buahnya sangat empuk berkualitas bagus.
"Kelapa kopyor mempunyai daging buah yang remah dan terlepas dari batoknya. Dalam tingkat kematangan yang bagus, daging buahnya bisa terlepas sendiri dan memenuhi rongga kelapa," kata Guru Besar Bioteknologi Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB), Sudarsono, awal pekan ini.
Tak hanya daging kelapanya, Sudarsono menjelaskan, air kelapa kopyor bisa dikonversi menjadi daging buah langsung sejak di dalam kelapa. Ditambah lagi, jenis kelapa kopyor hanya ditemukan di Indonesia. "Berbeda ya, kalau di Filipina ada namanya kelapa makapuno dagingnya menyerupai agar-agar. Kelapa jenis itu ada di Banten, tapi jarang digarap oleh petani kita," ujar dia.
Kelebihan kelapa kopyor tak hanya dari segi kualitas buah, tapi juga ternyata memiliki nilai ekonomis tersendiri. Sudarsono menjelaskan, harga jual kelapa kopyor bisa 10 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan kelapa sayur.
Pati, Jawa Tengah, dan Disbun, Lampung Selatan, menjadi dua daerah yang paling besar mendistribusikan bibit serta buah kelapa kopyor. "Sayangnya, memang petani kelapa di Indonesia masih sedikit sekali dalam membudidayakan kelapa kopyor, padahal nilai ekonominya lebih tinggi dibandingkan kelapa sayur," ungkap Sudarsono.
Guru besar berusia 54 tahun ini menjelaskan, hasil buah kopyor yang didapat dari petani hanya berkisar enam hingga delapan buah per pohon dalam satu tahun. Belum lagi, kata dosen yang telah melakukan penelitian tentang kelapa kopyor sejak 2011 ini, populasi pohon kelapa kopyor memang masih sangat minim dan membuat harga bibit dan buahnya mahal.
Di Pati, populasi kelapa kopyor hanya 18 ribu pohon, sementara di Lampung Selatan masih kurang dari 5.000 pohon. "Paling sedikit ada di Jember yang kurang dari seribu pohon kelapa kopyor," kata Sudarsono menjelaskan.
Menurut Sudarsono, jika petani Indonesia mau lebih peka, kelapa kopyor bisa memberikan nilai keuntungan jauh lebih tinggi. Pria yang menyandang guru besar IPB sejak 2004 ini memaparkan, harga jual kelapa kopyor per butirnya dari petani bisa mencapai Rp 45 ribu. Sementara, sambung dia, jika dibuat menjadi minuman, satu kelapa kopyor bisa menghasilkan delapan gelas minuman yang dihargai Rp 25 ribu per gelas.
Tak hanya soal keuntungan dari buahnya, bibit kelapa kopyor juga terbilang masih bisa menguntungkan. Anggota Asosiasi Petani Kelapa Kabupaten Pati, Agus Purwono, mengungkapkan, selain harga buah kelapa kelapa kopyor, bibitnya juga terbilang tak murah. "Bibit kelapa kopyor ada tiga macam, masing-masing dijual dari petani punya harga berbeda," ujar Agus kepada Republika.
Bibit kelapa kopyor yang ditangkarkan di wilayah Pati termasuk paling besar. Jenis ketiganya ada yang konvensional, kultur embrio, dan persilangan bibit konvensional dengan bibit kopyor 100 pesen.
Untuk bibit konvensional bisa dijual seharga Rp 20 ribu per bibit langsung dari petani. "Tapi, kalau sudah dijual di Bogor, Jakarta, atau daerah lain bisa Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu karena sudah beserta ongkos kirim, kemasan, dan untung," ungkap Agus.
Bibit konvensional belum dijamin bisa 100 persen menghasilkan kelapa kopyor. Agus berpendapat, dari 100 pohon kelapa kopyor yang ditanam petani, hanya 66 persen berhasil, sedangkan sisanya kembali ke induknya tidak lagi mengandung kopyor.
Jenis yang kedua, kultur embrio menjadi yang paling mahal. Bibit tersebut bisa dijual dari petani langsung seharga Rp 1 juta per bibit. "Bibit jenis ini diambil dari kopyor terpilih lalu diambil embrionya dan ditumbuhkan di laboratorium selama satu hingga satu setengah tahun. Ini bisa 100 persen menghasilkan kopyor," ungkap Agus.
Alasan bibit jenis kedua bisa sangat mahal karena tahapan penyimpanan embrio yang sangat lama. Ditambah, lanjut Agus, diambil dari bibit pohon terpilih yang memang dari 100 persen kopyor.
Sementara, jenis yang terakhir persilangan bibit kopyor 100 persen dengan konvensional masih dalam tahap penelitian. Agus memperkirakan, bibit jenis ketiga ini bisa lebih banyak lagi menghasilkan kelapa kopyor. "Diprediksi harganya jauh lebih murah sekitar Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu," kata Agus menjelaskan.
Mulai dari bibit hingga buah kelapa kopyor bisa menjadi pilihan bagi petani kelapa atau siapa pun untuk meraup untung. Terutama, menurut Sudarsono, kelapa kopyor asli Indonesia jika terus dikembangkan bisa menyaingi Filipina yang mengapitalisasi produksi kelapa makapuno.
"Waktu 2010, Filipina bisa mengekspor kelapa makapuno ke Amerika Serikat (AS, Kanada, dan Australia) dengan nilai 68 juta peso," ujar Sudarsono. Sementara, pada 2013, kebutuhan AS bertambah hingga 1,67 butir kelapa makapuno.
Sudarsono berharap, kelapa kopyor yang juga mempunyai nilai keuntungan tinggi bisa membuat siapa pun, terutama petani kelapa, bisa menggarapnya hingga populasi pohon kelapa tersebut semakin banyak. Apalagi, penggemar novel Harry Potter ini kembali menjamin, kualitas kelapa kopyor lebih baik dibandingkan kelapa makapuno. n c32 ed: endro yuwanto
sumber
sumber
No comments:
Post a Comment