Monday, December 30, 2019
Ada Singkong Raksasa di Riau.
Penulis Syahnan Rangkuti | EditorErlangga Djumena PEKANBARU, KOMPAS.com — Singkong (ubi kayu) asal Pekanbaru, Riau, ini luar biasa besarnya. Bayangkan, satu pohon umbi akar dapat menghasilkan panen seberat 187 kilogram. Bahkan, hasil bumi pengembangan Kelompok Tani Katon Jaya yang berlokasi di Palas, Rumbai, Pekanbaru, itu pernah mencapai 205 kilogram, atau lebih dari dua kuintal. “Ini merupakan pengembangan kami selama dua tahun dari menyilangkan ubi kayu varietas Adira-4 dari Institut Pertanian Bogor dengan Manggalo,” ujar Awaldi Hasibuan, Ketua Gabungan Kelompok Tani Palas Sejahtera, yang membawahi Kelompok Tani Katon Jaya di arena Bazar Ramadhan di halaman Kantor Gubernur Riau, Pekanbaru, pada Kamis (23/6/2016). Untuk membawa hasil bumi itu agar dapat dilihat masyarakat Pekanbaru, kata Awaldi, membutuhkan kerja keras yang cukup merepotkan. Dibutuhkan tiga orang yang bekerja selama enam jam.“Pertama, kami menggali tanah secara perlahan di sekeliling pohon. Tiap mendapatkan satu cabang (umbi) kami urut perlahan sampai ke ujungnya. Begitu seterusnya sampai ketemu semua umbinya. Tanah bekas galian ubi ini membentuk lubang berbentuk lingkaran dengan diameter tiga meter lebih,” tambah Awaldi. Membawa ubi itu ke kota menjadi persoalan yang tidak kalah pelik. Seluruh umbi baru dapat dinaikkan ke atas motor beroda tiga dengan bak terbuka dengan bantuan enam orang. Agar tidak terhalang lalu lintas padat, perjalanan sudah dimulai pukul 03.00 dini hari. Berdasarkan pemantauan Kompas.com, umbi singkong memiliki ukuran bervariasi. Ukuran terbesar mencapai diameter sekitar 20 cm dengan panjang lebih dari 1,5 meter. Jarak dari ujung satu cabang ke cabang lain mencapai lebih dari tiga meter. Dengan ukuran raksasa itu, tidak mengherankan ubi raksasa itu mampu membuat pengunjung terheran-heran. Tidak jarang ibu-ibu yang melihat bertanya-tanya, apakah itu benar-benar singkong. Atau pertanyaan lain, apakah ubi itu bisa dimakan? Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman yang membuka acara bazar juga cukup kagum melihat ukuran singkong yang dihasilkan petani itu. Dia tidak menyangka bahwa singkong yang umumnya hanya berukuran 10 sampai 15 kilogram per tanaman mampu menghasilkan umbi sampai dua kuintal. “Mana yang lebih menguntungkan, bertanam ubi ini atau kelapa sawit?” tanya Arsyadjuliandi kepada Awaldi. Menurut Awaldi, bertanam singkong raksasa lebih menguntungkan daripada sawit. Hanya saja, di Pekanbaru belum ada industri yang dapat menampung produksi besar. Kalaupun petani mampu bertanam secara massal, produksi dipastikan tidak akan tertampung. “Sekarang ini kami memakai panen ubi untuk menghasilkan mocaf (tepung singkong modifikasi). Produksi kami masih kecil, hanya dua ton per minggu. Pasarnya belum kami kuasai,” kata Awaldi. Di lokasi penanaman, kelompok tani Katon Jaya baru menanam pohon ubi raksasa sebanyak 500 batang dengan jarak tanam 3 mete x 3 meter. Untuk menghasilkan panen di atas satu kuintal per tanaman, petani menggunakan pupuk kompos hasil fermentasi ditambah puuk TCP46. Pemeliharaan cukup dengan membersihkan gulma di sekitar tanaman. Sayangnya, belum ada ukuran atau rekor Muri untuk singkong raksasa di Tanah Air. Pada tahun 2015, dikabarkan petani Boyolali pernah menghasilkan panen singkong seberat 75 kilogram. (Baca juga: Singkong Raksasa Dibanderol Rp 1,3 Juta)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment